Meskipun tidak sepopuler susu sapi, susu kambing sekarang mudah dijumpai di toko-toko. Tidak hanya susu segarnya, produk produk yang bisa langsung dikonsumsi pun sekarang juga tersedia, di antaranya susu kambing pasteurisasi dan yoghurt pasteurisasi. Inovasi produk olahan susu kambing ini memberikan berbagai pilihan produk pada konsumen tanpa mengurangi manfaatnya.
Sifat susu kambing dan susu sapi sedikit berbeda. Susu kambing tidak mengandung aglutinin dan memiliki globula lemak yang berukuran lebih kecil daripada globula lemak susu sapi.
Kadar lemak susu kambing didominasi oleh asam lemak rantai pendek (short chained triglycerides - SCT) dan asam lemak rantai sedang (medium chained triglycerides - MCT), sementara susu sapi kaya dengan asam lemak rantai panjang (long chained triglycerides - LCT). Tubuh menerima SCT dan MCT lima kali lebih cepat dan lebih sempurna dibandingkan LCT, sehingga sangat bermanfaat untuk penderita gizi kurang atau orang-orang yang bermasalah dengan pencernaan, dan mencegah penumpukan lemak di pembuluh darah.
Kadar laktosa susu kambing sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi. Laktosa yang lebih rendah dan kemudahan untuk dicerna membuat susu kambing dapat meminimalkan gangguan pencernaan pada penderita loctose intolerance.
Bermula dari mencari obat untuk kesembuhan suaminya, Meilindawaty memulai bisnis susu kambing ini di tahun 2000. Dimulai dengan bisnis kambing perahnya di tahun 1996, Linda sapaan akrabnya merambah ke bisnis pengolahan. Dengan nama CV Heliconia, Linda terus membesarkan bisnis susu kambingnya ke bisnis pengolahan pasteurisasi dan yoghurt susu kambing. Bekerjasama dengan peternakan kambing perah An Nur, pasokan susu sebanyak 10 liter tiap harinya untuk produksi didatangkan dari sana.
Tidak main-main dengan usaha yang digelutinya, Linda menggali ilmu dari berbagai sumber. Mulai dari awal pemrosesan hingga pendistribusian dia pelajari. “Sama sekali tidak ada latar belakang sedikitpun di dunia perkambingan ini, maka siapapun yang mengerti tentang susu kambing pasti saya datangi,” ujar Linda.
Seperti halnya susu sapi, susu kambing juga merupakan sumber protein bermutu tinggi. Perbedaannya, susu kambing mengandung protein kasein penyebab alergi dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi.
Kandungan beberapa vitamin dalam mineral susu kambing lebih tinggi dari susu sapi. Susu kambing kaya riboflavin, kalsium, potasium (natrium), fosfor dan fluorin. Fluorin bersifat anti mikroba, sehingga keberadaannya membantu untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran pencernaan. Keberadaan fluorin menyebabkan PH nya lebih tinggi sehingga baik untuk (menetralisir asam lambung yang berlebih pada penderita maag)
Sedikit membagi ilmunya, Elies Lasmini, S.Pt., M.Si sebagai QA dari CV Heliconia menceritakan proses pengolahan yoghurt kambing di CV-nya yang telah bersertifikasi HACCP, Halal, dan bernomor-MD ini. Mulai dari pemilihan suplier yang juga bersertifikasi Halal, susu yang datang dalam bentuk frozen ini selalu dicek kondisinya.
Setelah proses thawing, susu diperiksa secara organoleptik dan uji alkohol jika memenuhi standar, susu digunakan untuk produksi. Selanjutnya yaitu proses pemanasan selama 15-30 menit pada suhu 99oC, kemudian didinginkan hingga suhu susu mencapai 45oC, dan inokulasi (panambahan starter) bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus sebanyak 3-5%, dengan perbandingan 1:1. Kemudian dikemas, dan difermentasi selama 4-6 jam pada suhu 43oC atau 12-24 jam pada suhu kamar (26-27oC). Fermentasi selesai, yoghurt disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam, dan didistribusikan dalam suhu yang terawasi (4oC) dengan menggunakan cooler. sumber
Selasa, 28 Desember 2010
Rabu, 17 November 2010
Senin, 15 November 2010
Pembelian Online Produk Susu Kambing
Untuk memudahkan anda dalam melakukan pemesanan produk susu kambing, kami melayani pembelian secara online. berikut ketentuan yang bisa anda lakukan.
- Pilih barang yang diinginkan beserta jumlahnya, silahkan mengisi formulir nya di klik disini untuk melakukan order secara online
- Hubungi kami via email ke egoodmilk@yahoo.com atau sms ke 081220888472 atau 022-73954023 untuk mendapatkan tanggapan dari order anda
- Anda akan menerima pemberitahuan berapa yang harus dibayar, termasuk ongkos kirimnya (misalnya, ongkos kirim untuk daerah Jakarta dan sekitarnya adalah Rp. 10.000,-). Kami akan mengusahakan mencari yang termurah dan terjamin pelayanannya.
- Anda mentransfer uang pembelian melalui rekening kami.
Rekening yang kami sediakan adalah:
BANK MANDIRI CABANG SOREANG NO. REK. 1300010825514 Atas Nama Iyus Prayoga.S.Pt - Untuk memudahkan pengecekan terhadap transfer yang dilakukan, ada baiknya mentransfer uang dengan nilai nominal yang unik, yaitu dengan mencantumkan 3 angka terakhir dari no hp yang anda cantumkan dalam form pemesanan seperti: 100.472, 100.002, atau 100.696 untuk nilai nominal pembelian Rp. 100.000,-
- Konfirmasikan pembayaran Anda melalui SMS ke NO 081220888472 atau 022-73954023. Sertakan juga ALAMAT lengkap Anda.
- Kami akan segera mengirimkan pesanan Anda setelah pembayaran penuh diterima.
- Apabila barang sudah anda terima, mohon informasikan via sms ke 081220888472 atau 022-73954023 atau email ke egoodmilk@yahoo.com
- Anda juga bisa dapatkan langsung dari agen-agen kami di seluruh daerah. Silahkan hubungi agen-agen terdekat di kota Anda.
Info Keagenan
Daftar segera untuk menjadi agen kami! Anda akan mendapatkan fasilitas sebagai berikut:
1. Discount khusus bagi Anda yang berminat menjadi Agen
2. Nama Anda akan tercatat pada website kami dan bentuk promosi yang lain
3. Kami akan menyarankan para pembeli yang berasal dari daerah Anda untuk membeli kepada Anda.
Cara Pendaftaran:
- Kirim email ketertarikan untuk menjadi agen pemasaran ke ke egoodmilk@yahoo.com atau langsung mengisi formulir pendaftaran menjadi agen di link formulir ini
- Ketentuan Agen dapat dilihat di Persyaratan dan ketentuan agen
- Kami akan memberitahu Anda via email, apakah Anda disetujui menjadi agen atau tidak
- Jika Anda sudah disetujui menjadi agen, maka Anda sudah berhak mendapatkan keistimewaan di atas, Termasuk melakukan pemesanan
Rabu, 03 November 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Susu kambing Menjaga kekebalan tubuh dan atasi kekurangan darah
Pernahkan anda membayangkan minum susu kambing???pasti anda akan bergidik membayangkan bau kambing. Pasti anda juga membayangkan susu kambing amis dan membuat eneg. Bisa dipastikan anda akan memilih meminum susu sapi daripada susu kambing. Walau kelihatannya susu ini begitu populer di mata masyarakat, ternyata susu kambing mempunyai segudang manfaat untuk tubuh anda. Apa saja???
Dibandingkan susu sapi, susu kambing kalah populerdan kurang mendapat perhatian masyarakat.Tetapi saat ini orang mulai beralih mengonsumsi susu kambing karena dianggap mengandung banyak khasiat untuk ksehatan dan kecantikan. Dr. dr.Saptawati Bardosono, MSc, dari fakultas kedokteran Indonesia mengatakan manfaat susu dalam aspek gizi merupakan sumber penting dari zat protein hewani aling bagus selain telur.”Susu kambing mengandung sumber mineral kalsium, kalau minum susu tulang menjadi kuat. Kita tahu protein dibutuhkan anak-anak untuk masa pertumbuhan, dan bisa untuk menggantikan sel kita yang rusak dan mati sehingga terlihat sehat dan cantik,”jelasnya.
Kandungan kadar nutrisi dan khasiat susu kambing amat istimewa, komposisi gizinya baik dari segi protein, energy, kalsium, maupun lemak, mendekati komposisi ASI (Air Susu Ibu). Kandungannya sama dengan susu sapi, hanya saja susu kambing tidak mengandung kadar asam folat, salah asatu kelompok vitamin B yang penting untuk mencegah kekuranagn darah pada ibu hamil.”asam folatpada kehamilan harus cukup , karena kalau tidak tercukupi anak yang dikandung bisa mengalami kelainan bawaan tulang belakang. Asam folat juga dibutuhkan untuk orang produktif, untuk kesehatan jantung,”jelas dr. tati, sapaan akrab saptawati. Selain itu susu kambing juga mengandung zat besi, kalsium, fosfor, dan magnesium,, yang dibutuhkan untuk memineralisasi tulang, agar membentuk tulang yang kuat karena lebih cepat diserap ketimbang susu sapi.
Susu kambing mengandung 3-4% protein, lemak 5-7%, karbohidrat 4,5%,Ca 134 gr, dan rotein 111 gr/100 ml susu. Molekul lemak susu kambing pun jauh lebih kecil dan homogen, sehingga lebih mudah dicerna tanpa menimbulkan diare. Susu ini bebas lactose intolarence (kepekaan terhadap laktosa penyebab diare. Karena itu, susu kambing cukup potensial bagi perbaikan nutrisi.
Susu kambing juga mengandung oligosaccharides, merupakan jenis karbohidrat, yang ternyata sangat bagus untuk pengobatan penyakit usus besar.”enyakit-penyakit pencernaan bagsu sekali kalau minum susu kambing, seperti maag, lambung, tukak lambung, infeksi pada usus,”ujar dr. tati. Menurutnya susu kambing mengandung asam lemak rantai pendek yang bernama asam karpoat. Asam ini mempunyai kelebihan anti mikroba, yang artinya dia bisa melindungi tubuh dari seranganan jamur, virus, dan bacteria di dalam usus. Karena itulah susu kambing bisa diminum mentah tanpa menyebabkan diare. Susu kambing secar homogenisasi sedemikian rupa sehingga bisa diminum mentah.”Malah susu kambing ini tidak dianjurkan untuk dimasak,”lanjutnya.
Kesehatan susu kambing bila ditelaaah secara ilmiah, boleh diminum mentah dan tidak menimbulkan efek negative karena mengandung asam lemak rantai pendek. Namun susu kambing ini tidak boleh dikonsumsi mentah pada ibu yang sedang hamil.” Itu yang harus kita hati-hati, pada ibu hamil mungkin daya tahannya tidak begitu baik sehingga tidak menganjurkan memberis susu kambing,”ingat dr. Tati.
Adapun keunggulan susu kambing untuk kesehatan tubuh antara lain :
· Menghasilkan energi, asam lemak yang terdapat pada susu kambing dapat diubah untuk cepat menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh. Berbeda dengan asam lemak lain yang harrsu melaulai jalur metabolism yang panjang dengan menggunakan garam empedu didalam tubuh untuk bisa menjadi energy.”kalau dikatakan dapat menghacurkan lemak, mungkin karena bukan susu kambing ini asam lema nya langsung bisa menghasilkan energi, maka dia tidak sempat membentuk kolestrol. Jadi kalau ada minum susu kambing dengan dietrendah kolestrol, brarti kolestrolnya terjaga,”ungkapnya.
· Pembentukkan pertahanan dan kekebalan tubuh. Untuk mencegah agar tubuh tidak mudah sakit.
· Kurang darah, mereka yang kurang darah meminum susu kambing kadar hemaglobinnya akan cepat pulih. dr. tati menjelaskan apabila dilihat dari komposisi, susu kambing mempunyai zat besi yang lumayan banyak bial dibandingkan susu sapi.”susu sapi sekitar 0,1 mg, ASI 0,2 mg, susu kambing 41 mg. Diabsorsinya juga banyak, jadi cepat sekali darah itu membaik,”ujarnya.
· Anti mikroba, ia bisa melindungi tubuh dari kuman yang ada didalam perut. Bagi mereka yang menderita sakit tukak lambung yang tak kunjung sembuh ternyata dengan minum susu kambing ada perbaikan.
Selain dianjurkan diminum bagi mererka yang menderita penyakit TBC,asma, anemia, hepatitis, kram otot,serta aman bagi tubuh dan dapat menetralisir asam lambung, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, mengantisiasi masalah imotensi dan mengoptimalkan ertumbuhan pada anak. Begitu banyaknya manfaat susu ini sehingga dianjurkan unruk dikonsumsi teratur.
Cara mengkonsusmsi susu kambing
Konsumsi susu kambing ini, menurut Dr. dr.Saptawati Bardosono, MSc, dari fakultas kedokteran Indonesia tergantung pada pola makan kita sehari-hari.”Biasanya susu digunakan sebagai penyempurna makanan pokok kita, empat sehat lima sempurna. Apakah diminum setelah makan, ataukah diminum diantara waktu makan, antara makan pagi dengan makan siang dengan makan malam atau bahkan sebelum tidur. Fungsinya sebagai substitusi susu lain,”jelasnya.
Cara penyajian susu kambing mudah. Rendam susu beku kedalam air hangat dan ganti air yang sudah dingin dengan air hangat lagi. Demikian berulang-ulang samapi susu mencair dan dalam keadaan hangat dan segera langsung diminum. Sebaliknya, susu tidak direbus kecuali untuk bayi berumur hingga enam bulan. JIka direbus, culu selama 15 detik dengan suhu 70oc, sambil diaduk-aduk. Adaun dapat mengolah susu kambing ini menjadi aneka minuman yang menggugah selera.
Saran penyajian dan dosis:
· Menjaga kesehatan: setiap hari satu bungkus untuk waktu tidak terbatas.
· Membantu pengobatan: Setiap hari dua bungkus pagi dan sore sebelum makan. Untuk penyakit ringan diminum selam lebih kurang satu hinggadua bulan.
· Penyakit berat: Diminum selama lebih kurang tiga hingga empat bulan. Setelah sembuh, disarankan untuk terus mengkonsumsi satu bungkus untuk menjaga kesehatan.
Tips. dr. tati bagi mereka yang mau mengkonsumsi susu kambing:
1. Sebaiknya kita mengetahui sistem pemerahan, yang sebaiknya dalam kondisi steril dan baik,”walaupun susu kambing ini baik dan sudah siap diminum, tapi saat mengambil dan diperah wadahnya tidak bersih, tentunya susu kambing terkontaminasi. Jadi nanti yang disalahkan susu kambingnya, padahal bukan karena itu. Kita harus tahu dimana dan bagaimana produksi susu kambing itu, prosesnya sampai ketempat kita bersih atau tidak,”.ujar dr. tati. Memang kita tidak mengetahui ketika susu kambing sudah diprosese dalam bentuk kemasan. Ia un menganjurkan apabila kita mempunyai waktu yang cukup , berkunjunglah kepeternakan kambing tersebut. Yang enting kita yakin atau biasa diyakinkan oleh orang bahwa susu kambing tersebut bersih dan bagus, karena kita minumnya mentah.
2. Susu ini perlu dicoba pada orang-orang yang memang mengalami ganguan kesehatan. Tetapi harus hati-hati karena susu kambing ini memiliki lemak yang sangat tinggi,”memang kalau orang obesitas itubisa minum susu kambing tetapi yang terpenting dai tetap harus diet rendah kolestrol,”tambahnya. Jadi, mulai lah beralih ke susu kambing.
Sumber : Majalah Info Kecantikan edisi 1 Thn II 17-30 september 2007
Sabtu, 23 Oktober 2010
Kamis, 21 Oktober 2010
Keistimewaan Susu Kambing Dibanding Sapi Dan Kedelai
Susu merupakan minuman yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan baik untuk kesehatan. Konsumsi susu setiap hari membantu pertumbuhan.
Meski belum terlalu familiar, namun kandungan fluorine dan protein tinggi pada susu kambing, membuat susu ini banyak diminati keluarga Indonesia. Bahkan, sebagian orang menyukai susu kambing karena teksturnya.
Kandungan fluorine yang terdapat pada susu kambing berkisar antara 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan susu sapi. Kandungan fluorine bermanfaat sebagai antiseptik alami dan dapat membantu menekan pembiakan bakteri di dalam tubuh.
Sehingga, bisa membantu pencernaan dan menetralisir asam lambung, menyembuhkan reaksi-reaksi alergi pada kulit, saluran napas dan pencernaan. Selain itu, kandungan gizi di dalam susu kambing bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Jika dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing pun biasanya dikonsumsi sekadarnya saja, atau lebih karena susu ini dianggap mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Susu kambing rata-rata banyak dikonsumsi di Timur Tengah sejak 7000 SM. Padahal, susu kambing memiliki protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan ASI. Susu kambing terbaik adalah susu yang segar (raw goat milk).
Berdasarkan beberapa studi menunjukkan, susu kambing mengurangi terjadinya alergi. Susu ini juga lebih mudah dicerna daripada pilihan susu lainnya. Satu cangkir susu kambing memiliki kandungan sekira 170 kalori, 10 gram lemak, dan 27 miligram kolesterol. Demikian seperti diberitakan dari Shape.
Kendati susu kambing memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, namun proses memasak yang kurang tepat dapat merusak kandungan mineral yang berkhasiat sebagai antiseptik dan pelindung jaringan paru-paru. Namun dengan pengolahan yang baik, susu kambing dapat dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti yoghurt dan keju.
Manfaat Susu Kambing
Berdasarkan beberapa informasi yang didapat dari berbagai sumber, berikut ini manfaat dari susu kambing:
Pengganti Bagi Yang Alergi Dengan Susu Sapi
Susu kambing banyak direkomendasikan sebagai substitusi susu bagi bayi, anak, maupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi atau jenis makanan lainnya.?Susu kambing kini cukup populer, meskipun harganya jauh di atas harga susu sapi. Susu kambing memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi maupun air susu ibu ( ASI ). Susu kambing memiliki daya cerna yang tinggi, tingkat keasaman yang khas, kapasitas buffer yang tinggi, dan dapat digunakan untuk mengobati penyakit tertentu.
Susu kambing banyak direkomendasikan sebagai substitusi susu bagi bayi, anak, maupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi atau jenis makanan lainnya. Pada bayi, alergi terhadap susu sapi (cow milk allergy) banyak dijumpai, akan tetapi mekanisme terjadinya alergi masih belum jelas. Potensi susu kambing sebagai pengganti susu sapi pada bayi atau mereka yang alergi terhadap susu sapi sangatlah besar.
Gejala alergi terhadap protein susu biasanya timbul pada bayi yang berumur dua sampai empat minggu, dan gejalanya akan semakin jelas pada saat bayi berumur enam bulan. Bagian tubuh yang terserang alergi adalah saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan kulit . Gejala-gejala yang tampak akibat alergi terhadap protein susu antara lain yaitu muntah, diare, penyerapan nutrisi yang kurang sempurna, asma, bronkitis, migren, dan hipersensitif.
Susu kambing dilaporkan telah banyak digunakan sebagai pengganti susu sapi ataupun bahan pembuatan makanan bagi bayi-bayi yang alergi terhadap susu sapi. Alergi pada saluran pencernaan bayi dilaporkan dapat berangsur-angsur dapat disembuhkan setelah diberikan susu kambing.
Dilaporkan bahwa sekitar 40% pasien yang alergi terhadap protein susu sapi memiliki toleransi yang baik terhadap susu kambing. Pasien tersebut kemungkinan besar sensitif terhadap lactoglobulin yang terkandung dalam susu sapi. Diduga protein susu ( lactogloglobulin ) adalah yang paling bertanggung jawab terhadap kejadian alergi protein susu.
Susu kedelai sering pula digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti susu sapi bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Walaupun demikian, masih terdapat sekitar 20-50% dari bayi-bayi yang diteliti memperlihatkan gejala tidak toleran terhadap susu kedelai. Oleh sebab itu, susu kambing lebih direkomendasikan untuk pengganti susu sapi pada bayi.
Susu kambing mengandung lebih banyak asam lemak berantai pendek dan sedang jika dibandingkan dengan asam lemak dalam susu sapi. Perbedaan tersebut diduga menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna. Selain itu, ukuran butiran lemak susu kambing lebih kecil jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu lainnya.
Dari hasil sebuah penelitian disimpulkan bahwa kelompok anak yang diberi susu kambing memiliki berat badan, mineralisasi kerangka, kepadatan tulang, vitamin A plasma darah, kalsium, tiamin, riboflavin, niacin, dan konsentrasi hemoglobinnya adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok anak yang diberi susu sapi. Selain itu, susu kambing memiliki kapasitas buffer yang lebih baik sehingga bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan pencernaan. Namun, susu kambing juga memiliki kelemahan yaitu rendahnya kandungan folic acid dan vitamin B 12 . Keunggulan Susu Kambing Bau dan rasa susu kambing murni sangat spesifik yaitu sedikit berbau kambing. Ada kalanya bau susu agak tajam karena pengaruh pakan.
Susu kambing murni rasanya enak, sedikit manis, dan berlemak. Dibanding susu sapi, susu kambing memiliki kandungan gizi lebih unggul.
Keistimewaan lain yang dimilikinya sebagai berikut :
Lemak dan proteinnya lebih mudah dicerna daripada susu sapi, karena terdapat dalam bentuk yang lebih halus dan homogen. Mudah dicerna oleh anak balita sampai orang tua.
Proteinnya mempunyai efek laksatif yang lembut.
Kandungan vitamin B-1 susu kambing lebih tinggi dibanding susu sapi.
Susu kambing baik sekali dikonsumsi anak-anak dan orang lanjut usia yang tidak dapat minum susu sapi karena gangguan pencernaan.
Minum segelas susu kambing setiap hari membantu penyembuhan penderita asma dan radang paru-paru kronis.
Minum segelas secara rutin bagi wanita dapat meningkatkan kehalusan kulit.
Minum secara teratur 2 – 3 gelas per hari dapat membantu mengatasi impotensi pada pria.
Sebagai sumber gizi serta mencegah / menyembuhkan TBC pada balita. Tidak menyebabkan diare dan alergi, karena tidak memiliki faktor lactose intolerance.
Susu Kambing nan Istimewa
Kadar nutrisi dan khasiat susu kambing amatlah istimewa. Komposisi gizinya –baik dari segi protein, energi, maupun lemak — mendekati komposisi ASI, air susu ibu. Susu kambing mengandung 3 s/d. 4 % Protein, 4 s/d 7 % Lemak, 4,5 % Karbohidrat, 134 gram Kalsium, dan 111 gram Forfor (dalam setiap 100 ml susu kambing).
Molekul lemak susu kambing pun jauh lebih kecil dan homogen, sehingga lebih mudah dicerna tanpa menimbulkan diare. Jadi, susu ini bebas lactose intolarence (kepekaan terhadap laktosa penyebab diare bagi yang tidak biasa minum susu). Karenanya, susu kambing cukup potensial bagi perbaikan nutrisi.
Komposisi dan struktur lemak susu kambing dan sapi memiliki perbedaan. Butiran lemak susu kambing berukuran 2 mikrometer, sementara lemak susu sapi berukuran 2,5 – 3,5 mikrometer. Dengan ukuran lemak lebih kecil, susu kambing lebih cepat terdispersi dan campurannya lebih homogen (merata). (fn/ok/sk)www.suaramedia.com
sumber : http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/24494-keistimewaan-susu-kambing-dibanding-sapi-dan-kedelai.html
Meski belum terlalu familiar, namun kandungan fluorine dan protein tinggi pada susu kambing, membuat susu ini banyak diminati keluarga Indonesia. Bahkan, sebagian orang menyukai susu kambing karena teksturnya.
Kandungan fluorine yang terdapat pada susu kambing berkisar antara 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan susu sapi. Kandungan fluorine bermanfaat sebagai antiseptik alami dan dapat membantu menekan pembiakan bakteri di dalam tubuh.
Sehingga, bisa membantu pencernaan dan menetralisir asam lambung, menyembuhkan reaksi-reaksi alergi pada kulit, saluran napas dan pencernaan. Selain itu, kandungan gizi di dalam susu kambing bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Jika dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing pun biasanya dikonsumsi sekadarnya saja, atau lebih karena susu ini dianggap mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Susu kambing rata-rata banyak dikonsumsi di Timur Tengah sejak 7000 SM. Padahal, susu kambing memiliki protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan ASI. Susu kambing terbaik adalah susu yang segar (raw goat milk).
Berdasarkan beberapa studi menunjukkan, susu kambing mengurangi terjadinya alergi. Susu ini juga lebih mudah dicerna daripada pilihan susu lainnya. Satu cangkir susu kambing memiliki kandungan sekira 170 kalori, 10 gram lemak, dan 27 miligram kolesterol. Demikian seperti diberitakan dari Shape.
Kendati susu kambing memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, namun proses memasak yang kurang tepat dapat merusak kandungan mineral yang berkhasiat sebagai antiseptik dan pelindung jaringan paru-paru. Namun dengan pengolahan yang baik, susu kambing dapat dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti yoghurt dan keju.
Manfaat Susu Kambing
Berdasarkan beberapa informasi yang didapat dari berbagai sumber, berikut ini manfaat dari susu kambing:
Pengganti Bagi Yang Alergi Dengan Susu Sapi
Susu kambing banyak direkomendasikan sebagai substitusi susu bagi bayi, anak, maupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi atau jenis makanan lainnya.?Susu kambing kini cukup populer, meskipun harganya jauh di atas harga susu sapi. Susu kambing memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi maupun air susu ibu ( ASI ). Susu kambing memiliki daya cerna yang tinggi, tingkat keasaman yang khas, kapasitas buffer yang tinggi, dan dapat digunakan untuk mengobati penyakit tertentu.
Susu kambing banyak direkomendasikan sebagai substitusi susu bagi bayi, anak, maupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi atau jenis makanan lainnya. Pada bayi, alergi terhadap susu sapi (cow milk allergy) banyak dijumpai, akan tetapi mekanisme terjadinya alergi masih belum jelas. Potensi susu kambing sebagai pengganti susu sapi pada bayi atau mereka yang alergi terhadap susu sapi sangatlah besar.
Gejala alergi terhadap protein susu biasanya timbul pada bayi yang berumur dua sampai empat minggu, dan gejalanya akan semakin jelas pada saat bayi berumur enam bulan. Bagian tubuh yang terserang alergi adalah saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan kulit . Gejala-gejala yang tampak akibat alergi terhadap protein susu antara lain yaitu muntah, diare, penyerapan nutrisi yang kurang sempurna, asma, bronkitis, migren, dan hipersensitif.
Susu kambing dilaporkan telah banyak digunakan sebagai pengganti susu sapi ataupun bahan pembuatan makanan bagi bayi-bayi yang alergi terhadap susu sapi. Alergi pada saluran pencernaan bayi dilaporkan dapat berangsur-angsur dapat disembuhkan setelah diberikan susu kambing.
Dilaporkan bahwa sekitar 40% pasien yang alergi terhadap protein susu sapi memiliki toleransi yang baik terhadap susu kambing. Pasien tersebut kemungkinan besar sensitif terhadap lactoglobulin yang terkandung dalam susu sapi. Diduga protein susu ( lactogloglobulin ) adalah yang paling bertanggung jawab terhadap kejadian alergi protein susu.
Susu kedelai sering pula digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti susu sapi bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Walaupun demikian, masih terdapat sekitar 20-50% dari bayi-bayi yang diteliti memperlihatkan gejala tidak toleran terhadap susu kedelai. Oleh sebab itu, susu kambing lebih direkomendasikan untuk pengganti susu sapi pada bayi.
Susu kambing mengandung lebih banyak asam lemak berantai pendek dan sedang jika dibandingkan dengan asam lemak dalam susu sapi. Perbedaan tersebut diduga menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna. Selain itu, ukuran butiran lemak susu kambing lebih kecil jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu lainnya.
Dari hasil sebuah penelitian disimpulkan bahwa kelompok anak yang diberi susu kambing memiliki berat badan, mineralisasi kerangka, kepadatan tulang, vitamin A plasma darah, kalsium, tiamin, riboflavin, niacin, dan konsentrasi hemoglobinnya adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok anak yang diberi susu sapi. Selain itu, susu kambing memiliki kapasitas buffer yang lebih baik sehingga bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan pencernaan. Namun, susu kambing juga memiliki kelemahan yaitu rendahnya kandungan folic acid dan vitamin B 12 . Keunggulan Susu Kambing Bau dan rasa susu kambing murni sangat spesifik yaitu sedikit berbau kambing. Ada kalanya bau susu agak tajam karena pengaruh pakan.
Susu kambing murni rasanya enak, sedikit manis, dan berlemak. Dibanding susu sapi, susu kambing memiliki kandungan gizi lebih unggul.
Keistimewaan lain yang dimilikinya sebagai berikut :
Lemak dan proteinnya lebih mudah dicerna daripada susu sapi, karena terdapat dalam bentuk yang lebih halus dan homogen. Mudah dicerna oleh anak balita sampai orang tua.
Proteinnya mempunyai efek laksatif yang lembut.
Kandungan vitamin B-1 susu kambing lebih tinggi dibanding susu sapi.
Susu kambing baik sekali dikonsumsi anak-anak dan orang lanjut usia yang tidak dapat minum susu sapi karena gangguan pencernaan.
Minum segelas susu kambing setiap hari membantu penyembuhan penderita asma dan radang paru-paru kronis.
Minum segelas secara rutin bagi wanita dapat meningkatkan kehalusan kulit.
Minum secara teratur 2 – 3 gelas per hari dapat membantu mengatasi impotensi pada pria.
Sebagai sumber gizi serta mencegah / menyembuhkan TBC pada balita. Tidak menyebabkan diare dan alergi, karena tidak memiliki faktor lactose intolerance.
Susu Kambing nan Istimewa
Kadar nutrisi dan khasiat susu kambing amatlah istimewa. Komposisi gizinya –baik dari segi protein, energi, maupun lemak — mendekati komposisi ASI, air susu ibu. Susu kambing mengandung 3 s/d. 4 % Protein, 4 s/d 7 % Lemak, 4,5 % Karbohidrat, 134 gram Kalsium, dan 111 gram Forfor (dalam setiap 100 ml susu kambing).
Molekul lemak susu kambing pun jauh lebih kecil dan homogen, sehingga lebih mudah dicerna tanpa menimbulkan diare. Jadi, susu ini bebas lactose intolarence (kepekaan terhadap laktosa penyebab diare bagi yang tidak biasa minum susu). Karenanya, susu kambing cukup potensial bagi perbaikan nutrisi.
Komposisi dan struktur lemak susu kambing dan sapi memiliki perbedaan. Butiran lemak susu kambing berukuran 2 mikrometer, sementara lemak susu sapi berukuran 2,5 – 3,5 mikrometer. Dengan ukuran lemak lebih kecil, susu kambing lebih cepat terdispersi dan campurannya lebih homogen (merata). (fn/ok/sk)www.suaramedia.com
sumber : http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/24494-keistimewaan-susu-kambing-dibanding-sapi-dan-kedelai.html
PERMASALAHAN ALERGI SUSU SAPI
Dr Widodo Judarwanto SpA,
email : wido25@hotmail.com
Si Upik yang berusia 9 bulan baru saja divonis alergi susu sapi oleh dokter. Orangtuanya sempat keheranan, kenapa sejak lahir sudah minum susu sapi tidak pernah ada masalah. Si Ibu sempat kawatir karena banyak informasi beredar bahwa bila minum susu soya dan susu hipoalergenik tidak cerdas dan tidak bisa gemuk. Benarkah bayi yang sebelumnya tidak mengalami alergi susu sapi kemudian jadi berubah? Benarkah minum susu soya atau hipoalergenik menjadi tidak cerdas dan tidak bisa gemuk?
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupannya. Alergi susu sapi adalah suatu penyakit yang berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat pemberian susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi.
Deteksi dan pencegahan alergi susu sapi harus dilakukan dengan cermat sejak dini. Pitfall diagnosis alergi susu sapi sering dialami karena gejalanya mirip gejala reaksi simpang komponen susu sapi formula dan pengaruh diet ibu saat pemberian ASI.
Hippocrates pertama kali melaporkan adanya reaksi susu sapi sekitar tahun 370 masehi. Dalam beberapa dekade belakangan ini prevalensi dan perhatian terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Mekanisme reaksi terhadap susu yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu.. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
Alergi susu sapi akan 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penanganan alergi susu sapi adalah penghindaran susu sapi dan makanan yang mengandung susu sapi, dengan memberikan susu kedele sampai terjadi toleransi terhadap susu sapi. Perbedaan yang mencolok antara penyakit alergi susu sapi dan alergi terhadap makanan lain pada bayi adalah bahwa toleransi dapat terjadi secara spontan semasa usia dini.
Penghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi sekitar usia 2-3 tahun sehingga harus diberikan susu pengganti formula soya atau susu sapi hidrolisat sempurna dan makanan padat bebas susu sapi dan produk susu sapi. Pencegahan alergi harus dikerjakan sedini mungkin pada anak berisiko atopik, Penelitian menunjukkan bahwa 85% ASS akan ditoleransi sebelum anak berumur 3 tahun. Walaupun akan terjadi toleransi pada usia tersebut, tindakan pencegahan maupun tata laksana yang tepat perlu untuk mencegah terjadinya alergi yang lebih parah serta alergi terhadap makanan alergen lain di kemudian hari.
Alergi merupakan masalah penting yang tidak harus diremehkan. Reaksi yang ditimbulkan dapat mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak. Sehingga dapat mengganggu tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Pada usia tahun pertama kehidupan, sistim imun seorang anak relatif masih imatur dan sangat rentan. Bila ia mempunyai bakat atopik akan mudah tersensitisasi dan berkembang menjadi penyakit alergi terhadap alergen tertentu misalnya makanan dan inhalan.
MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN
Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna. Susu sapi adalah protein asing utama yang diberikan kepada seorang bayi, Harus dibedakan antara alergi susu sapi suatu reaksi imunologis dan reaksi intoleransi yang bukan berdasarkan kelainan imunologis seperti efek toksik dari bakteri stafilokok, defek metabolik akibat kekurangan enzim laktase, reaksi idiosinkrasi atau reaksi simpang dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam susu formula.
Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat mengganggu respon imun yang menyimpang pada seseorang.. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6. Whey terdiri dari 20% total protein susu, tang terdiri dari β -lactoglobulin (9% total protein susu), α -lactalbumin (4%), bovine immunoglobulin (2%), bovine serum albumin (1%), dan sebagian kecil beberapa proteins seperti lactoferrin, transferrin, lipases (4%). Dengan pasteurisasi rutin tidak cukup untuk menghilangkan protein ini tetapi sebaliknya meningkatkan sifat alergenitas beberapa protein susu seperti b-laktoglobulin.
Karakteristik komponen protein susu sapi.
Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk menyebabkan sensitivitas. Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit, sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari 100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C . 80C.
Pemanasan penuh akan terjadi denaturasi dari beberapa protein whey. β .lactoglobulin merupakan penyebab alergen paling kuat. Penelitian lain menyebutkan antibodi IgE antibodi terhadap α -lactalbumin, β -lactoglobulin, bovine serum albumin, and bovine gamma globulin adalah penyebab alergi paling sering pada manusia, sedangkan caseins adalah penyebab alergi terbanyak. Penelitian terakhir menyebutkan casein-specific IgE didapatkan 100% pada kelompok penderita alergi, IgE dari β .lactoglobulin sekitar 13%, α -lactalbumin sekitar 6%.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang terjadi pada alergi susu sapi secara umum hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Target organ utama reaksi terhadap alergi susu sapi adalah kulit, saluran cerna dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang tyerjadi adalah astma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Beberapa manifestasi reaksi simpang karena susu sapi melalui mekanisme IgE dan Non IgE.
Target organ yang sering terkena adalah kulit berupa urticaria dan angioedema. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah sindrom oral alergi, gastrointestinal anaphylaxis, allergic eosinophilic gastroenteritis. Saluran napas yang terjadi adalah asma, pilek, batuk kronis berulang. Target multiorgan berupa anafilaksis karena makanan atau anafilaksis dipicu karena aktifitas berkaitan dengan makanan
Selain target organ yang sering terjadi tersebut di atas, manifetasi klinis lainnya berupa Manifestasi tidak biasa (anussual Manifestation). Diantaranya adalah manifestasi kulit berupa vaskulitis, fixed Skin Eruption. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah chronic Pulmonary disease (Heiner Syndrome), hypersensitivity pneumonitis. Saluran cerna yang terjadi adalah konstipasi, gastroesophageal refluk, saluran napas seperti hipersekresi bronkus (napas bunyi grok-grok) dan obstruksi duktus nasolakrimalis (mata sering berair dan belekan) Target multiorgan berupa irritability/Sleeplessness in infants, artropati, nefropati dan trombositopeni
Reaksi susu sapi yang timbul karena reaksi non Ige berupa dermatitis atopik, ermatitis Herpetiformis, proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, penyakit celiac dan sindrom Heiner
Terdapat 3 pola klinis respon alergi protein susu pada anak : Reaksi Cepat, waktu dari setelah minum susu hingga timbulnya gejala. Reaksi sedang (pencernaa), 45 menit hingga 20 jam. Sedangkan Reaksi Lambat (kulit dan sal.cerna), Lebih dari 20 jam. Reaksi awal kulit gejala timbul dalam 45 menit setelah mengkonsumsi susu. Reaksi tersebut dapat berupa bintik merah (seperti campak) atau gatal. Gejala lain berupa gangguan system saluran napas seperti napas berbunyi .ngik. (wheezing), atau rhinoconjuncy=tivitis (bersin, hidung dan mata gatal, dan mata merah). Gejala tersebut bias terjadi meskipun hanya mengkonsumsi sedikit susu sapi. Hill dkk telah mellaporkan bahwa hamper semua (92% penderita dalam kelompok ini dalam pemeriksaan skin prick test terhadap susu sapi hasilnya positif.. Anafilaksis susu sapi adalah merupakan reaksi paling penting dalam kelompok ini.
Dalam kelompok reaksi sedang gejala yang sering timbul adalah muntah, diare dimulai setelah 45 menit hingga 20 jam setelah mendapatkan paparan dengan susu. Menurut penelitian sekitar sepertiga dari kelompok ini didapatkan hasil positif hasil tes kulit (skin prick test).
Gejala yang timbul dalam reaksi lambat terjadi dalam sekitar 20 jam setelah terkena paparan susus sapi. Untuk terjadinya reaksi ini dibutuhkan jumlah volume susu sapi yang cukup besar. Dalam kelompok ini hanya sekitar 20% yang didapatkan hasil uji kulit yang positif. Uji temple alergi ( Patch Test) yang dilakukan selama 48 jam sering terdapat hasil positif pada kelompok ini. Sebagian besar terjadi dalam usia lebih dari 6 bulan. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit uang air besar) dan dermatitis (gangguan kulit)
DIAGNOSIS ALERGI SUSU SAPI
Diagnosis alergi susu sapi adalah suatu diagnosis klinis berupa anamnesis yang cermat, mengamati tanda atopi pada pemeriksaan fisis, pemeriksaan imunoglobulin E total dan spesifik susu sapi. Untuk memastikan alergi susu sapi harus menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC yang menjadi gold standard atau baku emas. Namun cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan .Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana..
Anamnesis atau mengetahui riwayat gejala dilihat dari jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Harus diketahui riwayat pemberian makanan lainnya termasuk diet ibu saat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping lainnya. Harus diketahui juga gejala alergi asma, rinitis alergi, dermatitis atopik, urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat pada keluarga (orang tua, saudara, kakek, nenek dari orang tua), dan pasien sendiri.
Gejala klinis pada kulit seperti urtikaria, dermatitis atopik, ras. Saluran napas: batuk berulang terutama pada malam hari, setelah latihan asma, rinitis alergi. Gangguan saluran cerna, muntah, diare, kolik dan obstipasi.
Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan hadala ada kulit tampak kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik allergic shiner.s, Siemen grease, geographic tongue, mukosa hidung pucat, dan wheezing (mengi).
PITFALL DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
Pitfall atau .kesalahan yang menjerumuskan. terjadi pada awal penentuan diagnosis dilakukan hanya berdasarkan data laboratorium baik tes kulit atau IgE spesifik terhadap susu sapi. Padahal baku emas diagnosis adalah dengan melakukan menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). Penelitian yang dilakukan penulis terungkap bahwa 25 anak dengan hasil IgE spesifik terhadap susu sapi positif, ternyata setelah dilakukan elimisasi provokasi terbuka sekitar 48% dapat toleran terhadap susu sapi .nutrien dense., 40% toleran terhadap susu sapi evaporasi, 24% toleran terhadap susu formula sapi biasa.
Pitfall diagnosis juga sering terjadi hanya berdasarkan anamnesa tanpa pemeriksaan penunjang dan DBPCFC. Bila anamnesis tidak cermat sering terjadi kesalahan karena karena faktor yang mempengaruhi gejala yang timbul bukan hanya protein susu sapi. Reaksi simpang yang terjadi dapat juga diakibatkan oleh beberapa kandungan tambahan yang ada di dalam susu formula dan reaksi yang ditimbulkan karena diet ibu saat pemberian ASI. Faktor lain yang memicu timbulnya gejala adalah faktor terjadinya infeksi pada anak. Saat terjadi infeksi seperti batuk, pilek atau panas sering memicu timbulnya gejala alergi. Misalnya saat infeksi saluran napas akut pada penderita alergi sering disertai gejala diare, muntah dan dermatitis.
Terlalu cepat memastikan suatu anak menderita alergi susu sapi biasanya didasarkan ketidakcermatan dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada penderita. Dalam menentukan apakah suatu anak mengalami alergi susu sapi diperlukan ketelitian dan kecermatan. Bila anak minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) dan ASI (Air Susu Ibu), harus cermat dalam menentukan penyebab gangguan tersebut. Dalam kasus tersebut, PASI atau ASI dapat dicurigai sebagai penyebab alergi. Pada pemberian ASI, diet yang dimakan ibunya dapat mempengaruhi bayi. Bila pemberian PASI sebelumnya sudah berlangsung lebih dari 1 . 2 minggu tidak terdapat gangguan, kemungkinan susu formula sapi tersebut bukan sebagai penyebab alergi. Harus diperhatikan apakah diet ibunya sebagai penyebab alergi.
Kadang ada beberapa anak dengan susu formula sapi yang satu tidak cocok tetapi susu formula sapi lainnya bisa diterima. Hal inilah yang menunjukkan bahwa komposisi dan kandungan lain di dalam susu formula tersebut yang ikut berperanan. Faktor yang berpengaruh mungkin saja karena perbedaan dalam proses pembutan bahan dasar susu sapi. Dengan pemanasan dan proses tertentu yang berbeda beberapa kandungan protein tertentu akan menghilang.
Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi adalah tipe cepat yang diperan oleh IgE dan gejala utama adalah ras kulit, eritema perioral, angioedema, urtikaria dan anafilaksis. Sedangkan bila gejala lambat pada saluran cerna berupa muntah, konstipasi dan diare dan gangguan kulit dermatitis herpertiformis biasanya bukan diperani oleh IgE. Peranan Non IgE inilah biasanya disebabkan bukan oleh kandungan protein susu sapi.. Melihat berbagai jenis kandungan protein dalam susu sapi dan beberapa zat tambahan seperti AA, DHA, sumber komponen lemak (minyak safflower, minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai) atau aroma rasa (coklat, madu dan strawberi). Masing masing kandungan tersebut mempunyai potensi berbeda sebagai penyebab alergi atau reaksi simpang dari susu formula..
Kandungan DHA dalam susu formula kadang dapat mengakibatkan gangguan pada anak tertentu berupa gangguan kulit. Sedangkan kandungan minyak kelapa sawit dapat mengakibatkan gangguan saluran cerna berupa konstipasi. Aroma rasa susu seperti coklat sering menimbulkan reaksi batuk atau kosntipasi. Begitu juga kandungan lemak tertentu, minyak jagung dan laktosa pada susu formula tersebut dapat mengakibatkan manifestasi yang hampir sama dengan alergi susu sapi. Bila gangguan akibat susu formula tersebut hanya ringan mungkin penggantian susu sapi formula tanpa DHA atau susu sapi formula tertentu keluhannya dapat berkurang. Jadi bila ada keluhan dalam pemakaian susu sapi formula belum tentu harus diganti dengan susu soya atau susu hidrolisat. Tapi bila keluhannya cukup berat mungkin penggantian susu sapi formula tersebut perlu dipertimbangkan untuk pemberian susu soya atau hidrolisat protein.
Bayi atau anak yang sebelumnya telah mengkonsumsi salah satu jenis susu sapi dan tidak mengalami keluhan dalam waktu lebih 2 minggu. Biasanya setelah itu tidak akan mengalami alergi susu yang sama dikemudian hari. Hal ini sering disalah artikan ketika anak mengalami gejala alergi, kemudian susunya diganti. Padahal sebelumnya anak telah beberapa bulan mengkonsumsi susu yang diganti tersebut tanpa keluhan. Sering terjadi saat terjadi gangguan terdapat faktor penyebab lainnya. Riwayat pemberian makanan lainnya atau adanya infeksi yang diderta anak saat itu dapat menimbulkan gejala yang sama. Kasus yang seperti ini menunjukkan bahwa kita harus cermat dan teliti dalam mencurigai apakah seorang anak alergi susu sapi atau bukan.
Beberapa penelitian menunjukkan alergi susu sapi sekitar 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis terhadap 120 penderita alergi susu sapi menunjukkan bila gejalanya ringan akan bisa toleran usia di atas 1 tahun. Bila gangguannya berat, disertai gangguan kulit dan mengakibatkan batuk dan pilek biasanya akan tahan terhadap susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
Pitfal penanganan yang sering terjadi adalah saat gejala alergi timbul, penderita paling sering direkomendasikan oleh para klinisi adalah pemberian susu partial hidrolisa. Padahal relkomendasi yang seharusnya diberikan adalah susu formula ekstensif hidrolisat atau susu soya, Pemberian partial hidrolisa secara klinis hanya digunakan untuk pencegahan alergi bagi penderita yang beresiko alergi yang belum timbul gejala. Namun pada pengalaman beberapa kasus bila didapatkan gejala alergi yang ringan ternyata pemberian susu parsial hidrolisa bisa bermanfaat.
Pemberian obat anti alergi baik peroral atau topikal bukan merupakan jalan keluar yang terbaik untuk penanganan jangka panjang. Pemberian anti alergi jangka panjang merupakan bukti kegagalan dalam mengidentifikasi penyebab alergi.
PEMBERIAN SUSU DAN MAKANAN UNTUK PENDERITA
Pemberian susu adalah merupakan masalah yang tersendiri pada penderita alergi susu sapi. Untuk menentukan penderita alergi susu sapi pilihan utama adalah susu ektensif hidrolisat. Tetapi beberapa penderita juga bisa toleran terhadap susu soya. Beberapa bayi dengan gejala alergi yang ringan dapat mengkonsumsi susu hodrolisat parsial. Meskipun sebenarnya susu ini untuk pencegahan alergi bukan untuk pengobatan.
Secara klinis dan laboratoris seringkali sulit untuk memastikan anak menderita alergi susu sapi. Tidak mudah untuk menentukan pemilihan susu yang terbaik untuk anak tersebut. Seringkali sulit memastikan apakah seseorang alergi susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan tertentu dari kandungan yang ada di dalam formula. Dalam menghadapi kasus seperti ini klinik Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan eliminasi provokasi terbuka sederhana. Secara awal penderita diberikan susu ekstensif hidrolisat. Bila gejala alergi membaik selanjutnya dilakukan provokasi formula berturut turut yang lebih beresiko seperti soya, parsial hidrolisat, dan susu formula yang minimal kandungan AA, DHA, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan gangguan. Bila timbul gejala pada salah satu formula tersebut kita harus pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya. Bila susu parsial hidrolisa dan soya timbul gangguan dilakukan provokasi terhadap susu laktosa dan lemah rantai tunggal (Monochain Trigliceride/MCT).
Banyak keraguan terhadap kualitas gizi susu pengganti susu sapi. Keraguan tersebut seperti .soya tidak menggemukkan., .susu hipoalergenik tidak mebuat anak pintar karena tidak mengadung DHA. dan sebagainya. Secara umum semua susu formula yang beredar secara resmi kandungan gizinya sama. Karena mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowence) dalam jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Keraguan bahwa susu formula tertentu tidak menggemukkan tidak beralasan karena kandungan kalori, vitamin dan mineral tidak berbeda. Penggunaan apapun merek susu formula yang sesuai kondisi dan usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut. Bila ketidakcocokan susu sapi terus dipaksakan pemberiannya, akan mengganggu fungsi tubuh terutama saluran cerna sehingga membuat gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak..
British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan FAO (Food Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk bayi prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA secara baik. Penambahan AA dan DHA secara langsung tidak terlalu penting karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensitesa atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain.
Beberapa alternatif pilihan untuk pengganti susu sapi sangat bervariasi tergantung kondisi setiap anak. Susu pengganti tersebut meliputi ASI, susu soya, susu kambingI, susu ektensif hidrolisa, susu parsial hidrolisat, sintesi asam amino dan sebagainya.
Air Susu ibu
ASI adalah pilihan terbaik bagi bayi yang mengalami alergi susu sapi. Pemberian ASI secara klinis sudah terbukti dapat mencegah kejadian alergi di kemudian hari. Meskpiun dapat mencegah alergi, tetapi diet yang dikonsumsi ibu ternyata juga bisa menimbulkan alergi pada bayinya. Sehingga sebaiknya ibu juga melakukan eliminasi diet tertentu yang dapat mengganggu bayi. Ibu harus menghindari berbagai jenis susu sapi atau bahan makanan yang mengandung susu sapi.
Susu Soya
Susu formula soya adalah susu formula bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi terhadap protein susu sapi. Nutrilon Soya adalah susu formula bebas laktosa yang aman dipakai oleh bayi/ anak yang sedang menderita diare atau memerlukan diet bebas laktosa. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein kedelai tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi. Seperti halnya pada ASI, kalsium dan fosfor pada susu formula soya memiliki perbandingan 2: 1 untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung asam lemak esensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar pembentukan AA & DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal. Pemberian AA dan DHA secara langsung pada formula ini tidak terlalu penting karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensitesa atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain yang ada dalam kandungan susu tersebut
Karbohidrat pada formula soya adalah maltodextrin, yaitu sejenis karbohidrat yang dapat ditoleransi oleh sistem pencernaan bayi yang terluka saat mengalami diare ataupun oleh sistem pencernaan bayi yang memang alergi terhadap susu sapi. Susu formula soya (kedelai) kurang lebih sama manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif, tetapi lebih murah dan rasanya lebih familiar.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 170 bayi alergi susu sapi didapatkan susu soya bisa diterima oleh sebagian besar bayi dengan alergi susu sapi baik IgE dan Non IgE . Perkembangan IgE berkaitan dengan susu soya termasuk jarang. Susu soya direkomendasikan untuk alternatif pilihan p;ertama pada penderita alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan. Tetapi bukan berarti penelitian ini merubah pemberian susu formula soya di bawah usia 6 bulan. Anak yang mengalami alergi susu sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 . 40% mengalami alergi susu soya.
Susu Kambing
Pada beberapa negara secara tradisional susu kambing sering diberikan terhadap penderita alergi susu sapi. Susu kambing bukan merupakan susu dengan nutrisi yang lengkap untuk bayi.. Kandungan vitamin tertentu sangat kecil, seperti asam folat, vitamin B6, B12, C, and D, tetapi kaya mineral. Susu kambing dan susu sapimemiliki epitop yang identik sebagai bahan allergen. Sehingga susu kambing biasanya tidak bisa ditoleransi juga oleh penderita alergi susu sapi.
Susu Formula Ekstensif Hidrolisa
Alternatif pengganti pada alergi susu sapi adalah susu formula yang mengandung protein susu sapi hidrolisa (melalui pemrosesan khusus). Susu formula ini rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih mahal.. Protein Whey sering lebih mudah di denaturasi (dirusak) oleh panas dibandingkan protein kasein yang lebih tahan terhadap panas. Sehingga proses denaturasi whey dapat diterima oleh penderita alergi susu sapi, seperti susu sapi evaporasi.
European Society of Paediatric Allergy dan Clinical Immunology (ESPACI) mendefinisikan formula ekstensif hidrolisa adalah formula dengan bahan dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang cukup kecil untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Formula ekstensif hidrolisa akan memenuhi criteria klinis bila secara klinis dapat diterima 90% oleh penderita proven IgE-mediated alergi susu sapi (95% confidence interval) seperti yang direkomendasikan American Academy of Paediatrics Nutritional Committee. Sejauh ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi terhadap susu formula ekstensif hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi terhadap formula ekstensif hidrolisa belum diketahui, diperkirakan lebih dari 19%. Pengalaman penggunaan hidrolisa kasein telah dilakukan hampir 50 tahun lebih, Beberapa penelitian menunjukkan sangat efektif untuk penderita alergi susu sapi. Susu Hidrolisa kasein yang terdapat dipasaran adalah Nutramigen (Mead Johnson) dan Pregestimil (Mead Johnson). Sedangkan hidrolisa whey dalam waktu terakhir ini mulai dijadikan alternatif, dan tampaknya toleransi secara klinik hampir sama dengan hidrolisa kasein. Beberapa contoh susu hidrolisa whey adalah Aalfa-Re (nestle) dan Pepti- Junior (Nutricia). Protein Whey lebih mudah didenaturasi dengan suhu panas tetapi kasein sangat tahan panas..
Formula Parsial hidrolisa
Susu formula parsial hidrolisa masih mengandung peptida cukup besar sehingga masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi susu sapi.Susu ini tidak direkomendasikan untuk pengiobatan atau pengganti susu untuk penderita alergu susu sapi.
Susu hipoalergenik atau rendah alergi ini contohnya NAN HA dan Enfa HA. Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang beresiko tinggi alergi sebelum menunjukkan adanya gejala alergi. Penelitian menunjukkan pemberian Formula hidrolisa Parsial mengurangi onset gejala alergi yang dapat ditimbulkan.
Formula sintetis asam amino
Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar susu formula hipoalergenik. Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan lebih bisa rasanya lebih bisa diterima oleh bayi pada umumnya, tetapi harganya sangat mahal.
Neocate digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan berat. Seperti Multiple Food Protein Intolerance, alergy terhadap extensively hydrolysed formulae, alergi makanan dengan gangguan kenaikkan berat badan, alergi colitis, GER yang tidak berespon dengan terapi standar. Multiple food protein intolerance atau MFPI didefinisikan sebagai intoleransi terhadap lebih dari 5 makanan utama termasuk EHF (extensive Hydrolysa Milk) dan susu formula soya. MFPA (Multiple food protein allergy) didefinisikan sebagai alergi lebih dari 1 makanan dasar seperti susu, tepung, telur dan kedelai. Susu ini juga digunakan sebagai placebo dalam DBPCFC untuk mendiagnosis alergi susu sapi
Pemberian Makanan
Penderita alergi susu sapi juga harus menghindari makanan yang mengandung bahan dasar susu sapi seperti skim, dried, susu evaporasi maupun susu kondensasi. Lactaid, yaitu produk susu yang diproses secara khusus untuk mereka yang mengalami gangguan lactose intolerance. Lactaid diduga masih mengandung protein susu sapi, jadi sebaiknya jangan diberikan kepada anak-anak yang menderita alergi. Mentega atau susu mentega, Produk kedelai yang mengandung susu sapi, Produk-produk makanan yang mengandung kasein, kaseinat, sodium atau kalsium kaseinat, lactalbumin, dan wheyArtificial butter, Butter, Buttermilk, Casein, Keju, Cream, Keju cottage, Yoghurt, Kasein hidrolisat, Susu kambing, Laktalbumin, Laktglobulin, Laktosa, Laktulosa, Sour cream, Whey.
Penderita alergi susu sapi biasanya juga mengalami alergi terhadap makanan lainnya. Makanan yang harus diwaspadai adalah telor, buah-buahan tertentu, kacang dan ikan laut. Penderita alergi susu sapi sangat jarang juga mengalami alergi terhadap daging sapi. Banyak penderita alergi susu sapi dapat mengkonsumsi daging sapi tanpa mengalami gejala alergi.
PENCEGAHAN ALERGI SUSU SAPI
Pencegahan terjadinya alergi susu sapi harus dilakukan sejak dini. Hal ini terjadi saat sebelum timbul sensitisasi terhadap protein susu sapi, yaitu sejak intrauterin. Penghindaran harus dilakukan dengan pemberian susu sapi hipoalergenik yaitu susu sapi yang dihidrolisis parsial untuk merangsang timbulnya toleransi susu sapi di kemudian hari. Bila sudah terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi atau sudah terjadi manifestasi penyakit alergi, maka harus diberikan susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu sapi misalnya susu kacang kedele.
Alergi susu sapi yang sering timbul dapat memudahkan terjadinya alergi makanan lain di kemudian hari bila sudah terjadi kerusakan saluran cerna yang menetap. Pencegahan dan penanganan yang baik dan berkesinambungan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya alergi makanan yang lebih berta dikemudian hari..Tindakan pencegahan alergi susu sapi juga hampir sama seperti yang dilakukan pada alergi lainnya. Secara umum tindakan pencegahan alergi susu sapi dilakukan dalam 3 tahap yaitu:
Pencegahan primer
Dilakukan sebelum terjadi sensitisasi. Saat penghindaran dilakukan sejak pranatal pada janin dari keluarga yang mempunyai bakat atopik. Penghindaran susu sapi berupa pemberian susu sapi hipoalergenik, yaitu susu sapi yang dihidrolisis secara parsial, supaya dapat merangsang timbulnya toleransi susu sapi di kemudian hari karena masihmengandung sedikit partikel susu sapi, misalnya dengan merangsang timbulnya IgG blocking agent. Tindakan pencegahan ini juga dilakukan terhadap makanan penyebab alergi lain serta penghindaran asap rokok. Meskipun demikian AAAI hanya merekomendasikan penghondaran [pemberian kacang-kacangan selama kehamilan.
Pencegahan sekunder
Dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi belum timbul manifestasi penyakit alergi. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum atau darah talipusat, atau dengan uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 sampai 3 tahun. Penghindaran susu sapi dengan cara pemberian susu sapi non alergenik, yaitu susu sapi yang dihidrolisis sempurna, atau pengganti susu sapi misalnya susu kedele supaya tidak terjadi sensitisasi lebih lanjut hingga terjadi manifestasi penyakit alergi..
Pemberian ASI ekslusif terbukti dapat mengurangi resiko alergi, tetapi harus diperhatikan diet ibu saat menyusui Selain itu juga disertai tindakan lain misalnya pemberian imunomodulator, Th1-immunoajuvants, probiotik. Tindakan ini bertujuan mengurangi dominasi sel limfosit Th2, diharapkan dapat terjadi dalam waktu 6 bulan.
Pencegahan tersier
Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit alergi yang masih dini misalnya dermatitis atopik atau rinitis tetapi belum menunjukkan gejala alergi yang lebih berat seperti asma. Saat tindakan yang optimal adalah pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.
Penghindaran juga dengan pemberian susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu sapi. Pemberian obat pencegahan seperti setirizin, imunoterapi, imunomodulator tidak direkomendasikan karena secara klinis belum terbukti bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Axelsson I, Jakobsson I, Lindberg T, Benediktsson B: Bovine beta-lactoglobulin in the human milk. A longitudinal study during the whole lactation period. Acta Paediatr Scand 1986 Sep; 75(5): 702-7.
2. Blackshaw AJ, Levison DA: Eosinophilic infiltrates of the gastrointestinal tract. J Clin Pathol 1986 Jan; 39(1): 1-7.
3. Bleumink E, Young E. Identification of the atopic allergen in cow.s milk. Int Arch Allergy 1968; 34:521-43.
4. Bishop MJ, Hasting. Natural history of cow.s milk allergy. Clinical outcome. J Pediatr 1990; 116:862-7.
5. Bock SA: Evaluation of IgE-mediated food hypersensitivities. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S20-7.
6. Bock SA.Prospective appraisal of complaints of adverse reactions to foods in children during the first 3 years of life. Pediatrics 1987; 79:683-8.
7. Carroccio A, Montalto G, Custro N, et al: Evidence of very delayed clinical reactions to cow's milk in cow's milk-intolerant patients. Allergy 2000 Jun; 55(6): 574-9.
8. Crittenden RG, Bennett LE..Cow's milk allergy: a complex disorder. J Am Coll Nutr. 2005 Dec;24(6 Suppl):582S-91S.
9. Dupont C, Heyman M: Food protein-induced enterocolitis syndrome: laboratory perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S50-7.
10. Jacobson O, Lindberg T. A prospective study of cow.s milk protein intolerance in Swedish infants. Acta Paediatr Scand 1979; 68:853-9.
11. Kaczmarski M, Wasilewska J, Lasota M..Hypersensitivity to hydrolyzed cow's milk protein formula in infants and young children with atopic eczema/dermatitis syndrome with cow's milk protein allergy. Rocz Akad Med Bialymst. 2005;50:274-8..
12. Hill DJ, Heine RG, Cameron DJ: The natural history of intolerance to soy and extensively hydrolyzed formula in infants with multiple food protein intolerance. J Pediatr 1999 Jul; 135(1): 118-21.
13. Host A, Halken S, Jacobsen HP, et al: Clinical course of cow's milk protein allergy/intolerance and atopic diseases in childhood. Pediatr Allergy Immunol 2002; 13 Suppl 15: 23-8.
14. Host Halken S. A prospective study of cow milk allergy in Danish infants during the first years of life.Allergy 1990; 45:587-96.
15. Hosking CS, Heine RG, Hill DJ. The Melbourne milk allergy study-two decades of clinical research. Allergy and Clinical Immunol International 2000;12:198-205
16. Iacono G, Cavataio F, Montalto G: Intolerance of cow's milk and chronic constipation in children. N Engl J Med 1998 Oct 15; 339(16): 1100-4.
17. Judarwanto W. Using Nutrient Dense in Children with Gastroenterointestinal Allergies. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCZN MIXICO AUGUST 15TH . 20TH ,2004.
18. Judarwanto W. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern of Palm Olein in Formula-fed Term Infants. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCZN MIXICO AUGUST 15TH . 20TH ,2004
19. Judarwanto W. Manifestasi Klinis Alergi Susu Sapi pada Anak Usia di bawah 2 tahun. (Belum dipublikasikan).
20. Kelly KJ, Lazenby AJ, Rowe PC: Eosinophilic esophagitis attributed to gastroesophageal reflux: improvement with an amino acid-based formula. Gastroenterology 1995 Nov; 109(5): 1503-12.
21. Kokkonen J, Karttunen TJ, Niinimaki A: Lymphonodular hyperplasia as a sign of food allergy in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1999 Jul; 29(1): 57-62.
22. Kokkonen J, Haapalahti M, Laurila K, et al: Cow's milk protein-sensitive enteropathy at school age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 797-803.
23. Lake AM: Food-induced eosinophilic proctocolitis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S58-60.
24. Lake AM, Whitington PF, Hamilton SR: Dietary protein-induced colitis in breast-fed infants. J Pediatr 1982 Dec; 101(6): 906-10.
25. Lowichik A, Weinberg AG: A quantitative evaluation of mucosal eosinophils in the pediatric gastrointestinal tract. Mod Pathol 1996 Feb; 9(2): 110-4.
26. Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/intolerance and atopic dermatitis in infancy and childhood. Allergy 2001; 56 Suppl 67: 105-8.
27. Sampson HA, Anderson JA: Summary and recommendations: Classification of gastrointestinal manifestations due to immunologic reactions to foods in infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S87-94.
28. Sicherer SH: Food protein-induced enterocolitis syndrome: clinical perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S45-9.
29. Sampson HA.Food allergy. Part I:Immunopathogenesis and clinical disorders. J.Allergy Clin Immunol 1999; 103:717-28.
30. Tokodi I, Maj C, Gabor S.[Cycle vomiting syndrome as a clinical appearance of eosinophilic gastroenteritis]. Orv Hetil. 2005 Oct 30;146(44):2265-9. Hungarian..
31. Paajanen L, Korpela R, Tuure T, Honkanen J, Jarvela I, Ilonen J, Knip M, Vaarala O, Kokkonen J..Cow milk is not responsible for most gastrointestinal immune-like syndromes–evidence from a population-based study. Am J Clin Nutr. 2005 Dec;82(6):1327-35.
32. Sampson HA. Food allergy. Part 2: diagnosis and management. J Allergy Clin Immunol 1999; 103:981-9.
33. Walker WA. Adverse reactions to food in infancy and childhood, J Pediatr 1992; 121:4-6.
34. Rogier Schade P. Cow.s milk allergy in infancy and childhood. Immunological and clinical aspects. Didapat dari:http//www.library.uu.nl
35. Savilahti E .Cow.s milk allergy. Allergy 1981; 36:37-88.
36. Swaisgood HE. Chemistry of milk protein. Dalam: Fox PF,editor. Developments in dairy chemistry, London,Applied Science Publishers, 1982. h. 1-59.
37. Sampson HA. Adverse reactions to foods. Dalam: Middleton E, Reed CE, Elliot EF, Adkinson NF,
38. Walker WA: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age: a new entity or a spectrum of mucosal immune responses with age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 765-6.
39. Zeiger RS,Sampson HA, Bock SA, Burks JR, dkk. Soy allergy in infants and children with IgE associated cow.s allergy. J Pediatr 1999; 134:614-22.
KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI
CHILDREN ALLERGY CENTER, RUMAH SAKIT BUNDA JAKARTA
telp : (021) 70081995 – 4264126
email : wido25@hotmail.com
Sumber Bacaan : http://puterakembara.org/rm/Alergi7.shtml
email : wido25@hotmail.com
Si Upik yang berusia 9 bulan baru saja divonis alergi susu sapi oleh dokter. Orangtuanya sempat keheranan, kenapa sejak lahir sudah minum susu sapi tidak pernah ada masalah. Si Ibu sempat kawatir karena banyak informasi beredar bahwa bila minum susu soya dan susu hipoalergenik tidak cerdas dan tidak bisa gemuk. Benarkah bayi yang sebelumnya tidak mengalami alergi susu sapi kemudian jadi berubah? Benarkah minum susu soya atau hipoalergenik menjadi tidak cerdas dan tidak bisa gemuk?
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupannya. Alergi susu sapi adalah suatu penyakit yang berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat pemberian susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi.
Deteksi dan pencegahan alergi susu sapi harus dilakukan dengan cermat sejak dini. Pitfall diagnosis alergi susu sapi sering dialami karena gejalanya mirip gejala reaksi simpang komponen susu sapi formula dan pengaruh diet ibu saat pemberian ASI.
Hippocrates pertama kali melaporkan adanya reaksi susu sapi sekitar tahun 370 masehi. Dalam beberapa dekade belakangan ini prevalensi dan perhatian terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Mekanisme reaksi terhadap susu yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu.. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
Alergi susu sapi akan 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penanganan alergi susu sapi adalah penghindaran susu sapi dan makanan yang mengandung susu sapi, dengan memberikan susu kedele sampai terjadi toleransi terhadap susu sapi. Perbedaan yang mencolok antara penyakit alergi susu sapi dan alergi terhadap makanan lain pada bayi adalah bahwa toleransi dapat terjadi secara spontan semasa usia dini.
Penghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi sekitar usia 2-3 tahun sehingga harus diberikan susu pengganti formula soya atau susu sapi hidrolisat sempurna dan makanan padat bebas susu sapi dan produk susu sapi. Pencegahan alergi harus dikerjakan sedini mungkin pada anak berisiko atopik, Penelitian menunjukkan bahwa 85% ASS akan ditoleransi sebelum anak berumur 3 tahun. Walaupun akan terjadi toleransi pada usia tersebut, tindakan pencegahan maupun tata laksana yang tepat perlu untuk mencegah terjadinya alergi yang lebih parah serta alergi terhadap makanan alergen lain di kemudian hari.
Alergi merupakan masalah penting yang tidak harus diremehkan. Reaksi yang ditimbulkan dapat mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak. Sehingga dapat mengganggu tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Pada usia tahun pertama kehidupan, sistim imun seorang anak relatif masih imatur dan sangat rentan. Bila ia mempunyai bakat atopik akan mudah tersensitisasi dan berkembang menjadi penyakit alergi terhadap alergen tertentu misalnya makanan dan inhalan.
MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN
Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna. Susu sapi adalah protein asing utama yang diberikan kepada seorang bayi, Harus dibedakan antara alergi susu sapi suatu reaksi imunologis dan reaksi intoleransi yang bukan berdasarkan kelainan imunologis seperti efek toksik dari bakteri stafilokok, defek metabolik akibat kekurangan enzim laktase, reaksi idiosinkrasi atau reaksi simpang dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam susu formula.
Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat mengganggu respon imun yang menyimpang pada seseorang.. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6. Whey terdiri dari 20% total protein susu, tang terdiri dari β -lactoglobulin (9% total protein susu), α -lactalbumin (4%), bovine immunoglobulin (2%), bovine serum albumin (1%), dan sebagian kecil beberapa proteins seperti lactoferrin, transferrin, lipases (4%). Dengan pasteurisasi rutin tidak cukup untuk menghilangkan protein ini tetapi sebaliknya meningkatkan sifat alergenitas beberapa protein susu seperti b-laktoglobulin.
Karakteristik komponen protein susu sapi.
KOMPONEN PROTEIN | BERAT MOLEKUL (kD) | PERSENTASE PROTEIN TOTAL | ALERGINISITAS | STABILITAS PADA SUHU 100 C |
β -lactoglobulin | 18.3 | 10 | +++ | ++ |
Casein | 20-30 | 82 | ++ | +++ |
α -lactalbumin | 14.2 | 4 | ++ | + |
Serum albumin | 67 | 1 | + | + |
Immunoglobulins | 160 | 2 | + | + |
Pemanasan penuh akan terjadi denaturasi dari beberapa protein whey. β .lactoglobulin merupakan penyebab alergen paling kuat. Penelitian lain menyebutkan antibodi IgE antibodi terhadap α -lactalbumin, β -lactoglobulin, bovine serum albumin, and bovine gamma globulin adalah penyebab alergi paling sering pada manusia, sedangkan caseins adalah penyebab alergi terbanyak. Penelitian terakhir menyebutkan casein-specific IgE didapatkan 100% pada kelompok penderita alergi, IgE dari β .lactoglobulin sekitar 13%, α -lactalbumin sekitar 6%.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang terjadi pada alergi susu sapi secara umum hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Target organ utama reaksi terhadap alergi susu sapi adalah kulit, saluran cerna dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang tyerjadi adalah astma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Beberapa manifestasi reaksi simpang karena susu sapi melalui mekanisme IgE dan Non IgE.
Target organ yang sering terkena adalah kulit berupa urticaria dan angioedema. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah sindrom oral alergi, gastrointestinal anaphylaxis, allergic eosinophilic gastroenteritis. Saluran napas yang terjadi adalah asma, pilek, batuk kronis berulang. Target multiorgan berupa anafilaksis karena makanan atau anafilaksis dipicu karena aktifitas berkaitan dengan makanan
Selain target organ yang sering terjadi tersebut di atas, manifetasi klinis lainnya berupa Manifestasi tidak biasa (anussual Manifestation). Diantaranya adalah manifestasi kulit berupa vaskulitis, fixed Skin Eruption. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah chronic Pulmonary disease (Heiner Syndrome), hypersensitivity pneumonitis. Saluran cerna yang terjadi adalah konstipasi, gastroesophageal refluk, saluran napas seperti hipersekresi bronkus (napas bunyi grok-grok) dan obstruksi duktus nasolakrimalis (mata sering berair dan belekan) Target multiorgan berupa irritability/Sleeplessness in infants, artropati, nefropati dan trombositopeni
Reaksi susu sapi yang timbul karena reaksi non Ige berupa dermatitis atopik, ermatitis Herpetiformis, proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, penyakit celiac dan sindrom Heiner
Terdapat 3 pola klinis respon alergi protein susu pada anak : Reaksi Cepat, waktu dari setelah minum susu hingga timbulnya gejala. Reaksi sedang (pencernaa), 45 menit hingga 20 jam. Sedangkan Reaksi Lambat (kulit dan sal.cerna), Lebih dari 20 jam. Reaksi awal kulit gejala timbul dalam 45 menit setelah mengkonsumsi susu. Reaksi tersebut dapat berupa bintik merah (seperti campak) atau gatal. Gejala lain berupa gangguan system saluran napas seperti napas berbunyi .ngik. (wheezing), atau rhinoconjuncy=tivitis (bersin, hidung dan mata gatal, dan mata merah). Gejala tersebut bias terjadi meskipun hanya mengkonsumsi sedikit susu sapi. Hill dkk telah mellaporkan bahwa hamper semua (92% penderita dalam kelompok ini dalam pemeriksaan skin prick test terhadap susu sapi hasilnya positif.. Anafilaksis susu sapi adalah merupakan reaksi paling penting dalam kelompok ini.
Dalam kelompok reaksi sedang gejala yang sering timbul adalah muntah, diare dimulai setelah 45 menit hingga 20 jam setelah mendapatkan paparan dengan susu. Menurut penelitian sekitar sepertiga dari kelompok ini didapatkan hasil positif hasil tes kulit (skin prick test).
Gejala yang timbul dalam reaksi lambat terjadi dalam sekitar 20 jam setelah terkena paparan susus sapi. Untuk terjadinya reaksi ini dibutuhkan jumlah volume susu sapi yang cukup besar. Dalam kelompok ini hanya sekitar 20% yang didapatkan hasil uji kulit yang positif. Uji temple alergi ( Patch Test) yang dilakukan selama 48 jam sering terdapat hasil positif pada kelompok ini. Sebagian besar terjadi dalam usia lebih dari 6 bulan. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit uang air besar) dan dermatitis (gangguan kulit)
DIAGNOSIS ALERGI SUSU SAPI
Diagnosis alergi susu sapi adalah suatu diagnosis klinis berupa anamnesis yang cermat, mengamati tanda atopi pada pemeriksaan fisis, pemeriksaan imunoglobulin E total dan spesifik susu sapi. Untuk memastikan alergi susu sapi harus menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC yang menjadi gold standard atau baku emas. Namun cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan .Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana..
Anamnesis atau mengetahui riwayat gejala dilihat dari jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Harus diketahui riwayat pemberian makanan lainnya termasuk diet ibu saat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping lainnya. Harus diketahui juga gejala alergi asma, rinitis alergi, dermatitis atopik, urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat pada keluarga (orang tua, saudara, kakek, nenek dari orang tua), dan pasien sendiri.
Gejala klinis pada kulit seperti urtikaria, dermatitis atopik, ras. Saluran napas: batuk berulang terutama pada malam hari, setelah latihan asma, rinitis alergi. Gangguan saluran cerna, muntah, diare, kolik dan obstipasi.
Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan hadala ada kulit tampak kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik allergic shiner.s, Siemen grease, geographic tongue, mukosa hidung pucat, dan wheezing (mengi).
PITFALL DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
Pitfall atau .kesalahan yang menjerumuskan. terjadi pada awal penentuan diagnosis dilakukan hanya berdasarkan data laboratorium baik tes kulit atau IgE spesifik terhadap susu sapi. Padahal baku emas diagnosis adalah dengan melakukan menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). Penelitian yang dilakukan penulis terungkap bahwa 25 anak dengan hasil IgE spesifik terhadap susu sapi positif, ternyata setelah dilakukan elimisasi provokasi terbuka sekitar 48% dapat toleran terhadap susu sapi .nutrien dense., 40% toleran terhadap susu sapi evaporasi, 24% toleran terhadap susu formula sapi biasa.
Pitfall diagnosis juga sering terjadi hanya berdasarkan anamnesa tanpa pemeriksaan penunjang dan DBPCFC. Bila anamnesis tidak cermat sering terjadi kesalahan karena karena faktor yang mempengaruhi gejala yang timbul bukan hanya protein susu sapi. Reaksi simpang yang terjadi dapat juga diakibatkan oleh beberapa kandungan tambahan yang ada di dalam susu formula dan reaksi yang ditimbulkan karena diet ibu saat pemberian ASI. Faktor lain yang memicu timbulnya gejala adalah faktor terjadinya infeksi pada anak. Saat terjadi infeksi seperti batuk, pilek atau panas sering memicu timbulnya gejala alergi. Misalnya saat infeksi saluran napas akut pada penderita alergi sering disertai gejala diare, muntah dan dermatitis.
Terlalu cepat memastikan suatu anak menderita alergi susu sapi biasanya didasarkan ketidakcermatan dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada penderita. Dalam menentukan apakah suatu anak mengalami alergi susu sapi diperlukan ketelitian dan kecermatan. Bila anak minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) dan ASI (Air Susu Ibu), harus cermat dalam menentukan penyebab gangguan tersebut. Dalam kasus tersebut, PASI atau ASI dapat dicurigai sebagai penyebab alergi. Pada pemberian ASI, diet yang dimakan ibunya dapat mempengaruhi bayi. Bila pemberian PASI sebelumnya sudah berlangsung lebih dari 1 . 2 minggu tidak terdapat gangguan, kemungkinan susu formula sapi tersebut bukan sebagai penyebab alergi. Harus diperhatikan apakah diet ibunya sebagai penyebab alergi.
Kadang ada beberapa anak dengan susu formula sapi yang satu tidak cocok tetapi susu formula sapi lainnya bisa diterima. Hal inilah yang menunjukkan bahwa komposisi dan kandungan lain di dalam susu formula tersebut yang ikut berperanan. Faktor yang berpengaruh mungkin saja karena perbedaan dalam proses pembutan bahan dasar susu sapi. Dengan pemanasan dan proses tertentu yang berbeda beberapa kandungan protein tertentu akan menghilang.
Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi adalah tipe cepat yang diperan oleh IgE dan gejala utama adalah ras kulit, eritema perioral, angioedema, urtikaria dan anafilaksis. Sedangkan bila gejala lambat pada saluran cerna berupa muntah, konstipasi dan diare dan gangguan kulit dermatitis herpertiformis biasanya bukan diperani oleh IgE. Peranan Non IgE inilah biasanya disebabkan bukan oleh kandungan protein susu sapi.. Melihat berbagai jenis kandungan protein dalam susu sapi dan beberapa zat tambahan seperti AA, DHA, sumber komponen lemak (minyak safflower, minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai) atau aroma rasa (coklat, madu dan strawberi). Masing masing kandungan tersebut mempunyai potensi berbeda sebagai penyebab alergi atau reaksi simpang dari susu formula..
Kandungan DHA dalam susu formula kadang dapat mengakibatkan gangguan pada anak tertentu berupa gangguan kulit. Sedangkan kandungan minyak kelapa sawit dapat mengakibatkan gangguan saluran cerna berupa konstipasi. Aroma rasa susu seperti coklat sering menimbulkan reaksi batuk atau kosntipasi. Begitu juga kandungan lemak tertentu, minyak jagung dan laktosa pada susu formula tersebut dapat mengakibatkan manifestasi yang hampir sama dengan alergi susu sapi. Bila gangguan akibat susu formula tersebut hanya ringan mungkin penggantian susu sapi formula tanpa DHA atau susu sapi formula tertentu keluhannya dapat berkurang. Jadi bila ada keluhan dalam pemakaian susu sapi formula belum tentu harus diganti dengan susu soya atau susu hidrolisat. Tapi bila keluhannya cukup berat mungkin penggantian susu sapi formula tersebut perlu dipertimbangkan untuk pemberian susu soya atau hidrolisat protein.
Bayi atau anak yang sebelumnya telah mengkonsumsi salah satu jenis susu sapi dan tidak mengalami keluhan dalam waktu lebih 2 minggu. Biasanya setelah itu tidak akan mengalami alergi susu yang sama dikemudian hari. Hal ini sering disalah artikan ketika anak mengalami gejala alergi, kemudian susunya diganti. Padahal sebelumnya anak telah beberapa bulan mengkonsumsi susu yang diganti tersebut tanpa keluhan. Sering terjadi saat terjadi gangguan terdapat faktor penyebab lainnya. Riwayat pemberian makanan lainnya atau adanya infeksi yang diderta anak saat itu dapat menimbulkan gejala yang sama. Kasus yang seperti ini menunjukkan bahwa kita harus cermat dan teliti dalam mencurigai apakah seorang anak alergi susu sapi atau bukan.
Beberapa penelitian menunjukkan alergi susu sapi sekitar 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis terhadap 120 penderita alergi susu sapi menunjukkan bila gejalanya ringan akan bisa toleran usia di atas 1 tahun. Bila gangguannya berat, disertai gangguan kulit dan mengakibatkan batuk dan pilek biasanya akan tahan terhadap susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
Pitfal penanganan yang sering terjadi adalah saat gejala alergi timbul, penderita paling sering direkomendasikan oleh para klinisi adalah pemberian susu partial hidrolisa. Padahal relkomendasi yang seharusnya diberikan adalah susu formula ekstensif hidrolisat atau susu soya, Pemberian partial hidrolisa secara klinis hanya digunakan untuk pencegahan alergi bagi penderita yang beresiko alergi yang belum timbul gejala. Namun pada pengalaman beberapa kasus bila didapatkan gejala alergi yang ringan ternyata pemberian susu parsial hidrolisa bisa bermanfaat.
Pemberian obat anti alergi baik peroral atau topikal bukan merupakan jalan keluar yang terbaik untuk penanganan jangka panjang. Pemberian anti alergi jangka panjang merupakan bukti kegagalan dalam mengidentifikasi penyebab alergi.
PEMBERIAN SUSU DAN MAKANAN UNTUK PENDERITA
Pemberian susu adalah merupakan masalah yang tersendiri pada penderita alergi susu sapi. Untuk menentukan penderita alergi susu sapi pilihan utama adalah susu ektensif hidrolisat. Tetapi beberapa penderita juga bisa toleran terhadap susu soya. Beberapa bayi dengan gejala alergi yang ringan dapat mengkonsumsi susu hodrolisat parsial. Meskipun sebenarnya susu ini untuk pencegahan alergi bukan untuk pengobatan.
Secara klinis dan laboratoris seringkali sulit untuk memastikan anak menderita alergi susu sapi. Tidak mudah untuk menentukan pemilihan susu yang terbaik untuk anak tersebut. Seringkali sulit memastikan apakah seseorang alergi susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan tertentu dari kandungan yang ada di dalam formula. Dalam menghadapi kasus seperti ini klinik Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan eliminasi provokasi terbuka sederhana. Secara awal penderita diberikan susu ekstensif hidrolisat. Bila gejala alergi membaik selanjutnya dilakukan provokasi formula berturut turut yang lebih beresiko seperti soya, parsial hidrolisat, dan susu formula yang minimal kandungan AA, DHA, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan gangguan. Bila timbul gejala pada salah satu formula tersebut kita harus pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya. Bila susu parsial hidrolisa dan soya timbul gangguan dilakukan provokasi terhadap susu laktosa dan lemah rantai tunggal (Monochain Trigliceride/MCT).
Banyak keraguan terhadap kualitas gizi susu pengganti susu sapi. Keraguan tersebut seperti .soya tidak menggemukkan., .susu hipoalergenik tidak mebuat anak pintar karena tidak mengadung DHA. dan sebagainya. Secara umum semua susu formula yang beredar secara resmi kandungan gizinya sama. Karena mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowence) dalam jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Keraguan bahwa susu formula tertentu tidak menggemukkan tidak beralasan karena kandungan kalori, vitamin dan mineral tidak berbeda. Penggunaan apapun merek susu formula yang sesuai kondisi dan usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut. Bila ketidakcocokan susu sapi terus dipaksakan pemberiannya, akan mengganggu fungsi tubuh terutama saluran cerna sehingga membuat gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak..
British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan FAO (Food Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk bayi prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA secara baik. Penambahan AA dan DHA secara langsung tidak terlalu penting karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensitesa atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain.
Beberapa alternatif pilihan untuk pengganti susu sapi sangat bervariasi tergantung kondisi setiap anak. Susu pengganti tersebut meliputi ASI, susu soya, susu kambingI, susu ektensif hidrolisa, susu parsial hidrolisat, sintesi asam amino dan sebagainya.
Air Susu ibu
ASI adalah pilihan terbaik bagi bayi yang mengalami alergi susu sapi. Pemberian ASI secara klinis sudah terbukti dapat mencegah kejadian alergi di kemudian hari. Meskpiun dapat mencegah alergi, tetapi diet yang dikonsumsi ibu ternyata juga bisa menimbulkan alergi pada bayinya. Sehingga sebaiknya ibu juga melakukan eliminasi diet tertentu yang dapat mengganggu bayi. Ibu harus menghindari berbagai jenis susu sapi atau bahan makanan yang mengandung susu sapi.
Susu Soya
Susu formula soya adalah susu formula bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi terhadap protein susu sapi. Nutrilon Soya adalah susu formula bebas laktosa yang aman dipakai oleh bayi/ anak yang sedang menderita diare atau memerlukan diet bebas laktosa. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein kedelai tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi. Seperti halnya pada ASI, kalsium dan fosfor pada susu formula soya memiliki perbandingan 2: 1 untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung asam lemak esensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar pembentukan AA & DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal. Pemberian AA dan DHA secara langsung pada formula ini tidak terlalu penting karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensitesa atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain yang ada dalam kandungan susu tersebut
Karbohidrat pada formula soya adalah maltodextrin, yaitu sejenis karbohidrat yang dapat ditoleransi oleh sistem pencernaan bayi yang terluka saat mengalami diare ataupun oleh sistem pencernaan bayi yang memang alergi terhadap susu sapi. Susu formula soya (kedelai) kurang lebih sama manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif, tetapi lebih murah dan rasanya lebih familiar.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 170 bayi alergi susu sapi didapatkan susu soya bisa diterima oleh sebagian besar bayi dengan alergi susu sapi baik IgE dan Non IgE . Perkembangan IgE berkaitan dengan susu soya termasuk jarang. Susu soya direkomendasikan untuk alternatif pilihan p;ertama pada penderita alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan. Tetapi bukan berarti penelitian ini merubah pemberian susu formula soya di bawah usia 6 bulan. Anak yang mengalami alergi susu sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 . 40% mengalami alergi susu soya.
Susu Kambing
Pada beberapa negara secara tradisional susu kambing sering diberikan terhadap penderita alergi susu sapi. Susu kambing bukan merupakan susu dengan nutrisi yang lengkap untuk bayi.. Kandungan vitamin tertentu sangat kecil, seperti asam folat, vitamin B6, B12, C, and D, tetapi kaya mineral. Susu kambing dan susu sapimemiliki epitop yang identik sebagai bahan allergen. Sehingga susu kambing biasanya tidak bisa ditoleransi juga oleh penderita alergi susu sapi.
Susu Formula Ekstensif Hidrolisa
Alternatif pengganti pada alergi susu sapi adalah susu formula yang mengandung protein susu sapi hidrolisa (melalui pemrosesan khusus). Susu formula ini rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih mahal.. Protein Whey sering lebih mudah di denaturasi (dirusak) oleh panas dibandingkan protein kasein yang lebih tahan terhadap panas. Sehingga proses denaturasi whey dapat diterima oleh penderita alergi susu sapi, seperti susu sapi evaporasi.
European Society of Paediatric Allergy dan Clinical Immunology (ESPACI) mendefinisikan formula ekstensif hidrolisa adalah formula dengan bahan dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang cukup kecil untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Formula ekstensif hidrolisa akan memenuhi criteria klinis bila secara klinis dapat diterima 90% oleh penderita proven IgE-mediated alergi susu sapi (95% confidence interval) seperti yang direkomendasikan American Academy of Paediatrics Nutritional Committee. Sejauh ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi terhadap susu formula ekstensif hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi terhadap formula ekstensif hidrolisa belum diketahui, diperkirakan lebih dari 19%. Pengalaman penggunaan hidrolisa kasein telah dilakukan hampir 50 tahun lebih, Beberapa penelitian menunjukkan sangat efektif untuk penderita alergi susu sapi. Susu Hidrolisa kasein yang terdapat dipasaran adalah Nutramigen (Mead Johnson) dan Pregestimil (Mead Johnson). Sedangkan hidrolisa whey dalam waktu terakhir ini mulai dijadikan alternatif, dan tampaknya toleransi secara klinik hampir sama dengan hidrolisa kasein. Beberapa contoh susu hidrolisa whey adalah Aalfa-Re (nestle) dan Pepti- Junior (Nutricia). Protein Whey lebih mudah didenaturasi dengan suhu panas tetapi kasein sangat tahan panas..
Formula Parsial hidrolisa
Susu formula parsial hidrolisa masih mengandung peptida cukup besar sehingga masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi susu sapi.Susu ini tidak direkomendasikan untuk pengiobatan atau pengganti susu untuk penderita alergu susu sapi.
Susu hipoalergenik atau rendah alergi ini contohnya NAN HA dan Enfa HA. Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang beresiko tinggi alergi sebelum menunjukkan adanya gejala alergi. Penelitian menunjukkan pemberian Formula hidrolisa Parsial mengurangi onset gejala alergi yang dapat ditimbulkan.
Formula sintetis asam amino
Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar susu formula hipoalergenik. Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan lebih bisa rasanya lebih bisa diterima oleh bayi pada umumnya, tetapi harganya sangat mahal.
Neocate digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan berat. Seperti Multiple Food Protein Intolerance, alergy terhadap extensively hydrolysed formulae, alergi makanan dengan gangguan kenaikkan berat badan, alergi colitis, GER yang tidak berespon dengan terapi standar. Multiple food protein intolerance atau MFPI didefinisikan sebagai intoleransi terhadap lebih dari 5 makanan utama termasuk EHF (extensive Hydrolysa Milk) dan susu formula soya. MFPA (Multiple food protein allergy) didefinisikan sebagai alergi lebih dari 1 makanan dasar seperti susu, tepung, telur dan kedelai. Susu ini juga digunakan sebagai placebo dalam DBPCFC untuk mendiagnosis alergi susu sapi
Pemberian Makanan
Penderita alergi susu sapi juga harus menghindari makanan yang mengandung bahan dasar susu sapi seperti skim, dried, susu evaporasi maupun susu kondensasi. Lactaid, yaitu produk susu yang diproses secara khusus untuk mereka yang mengalami gangguan lactose intolerance. Lactaid diduga masih mengandung protein susu sapi, jadi sebaiknya jangan diberikan kepada anak-anak yang menderita alergi. Mentega atau susu mentega, Produk kedelai yang mengandung susu sapi, Produk-produk makanan yang mengandung kasein, kaseinat, sodium atau kalsium kaseinat, lactalbumin, dan wheyArtificial butter, Butter, Buttermilk, Casein, Keju, Cream, Keju cottage, Yoghurt, Kasein hidrolisat, Susu kambing, Laktalbumin, Laktglobulin, Laktosa, Laktulosa, Sour cream, Whey.
Penderita alergi susu sapi biasanya juga mengalami alergi terhadap makanan lainnya. Makanan yang harus diwaspadai adalah telor, buah-buahan tertentu, kacang dan ikan laut. Penderita alergi susu sapi sangat jarang juga mengalami alergi terhadap daging sapi. Banyak penderita alergi susu sapi dapat mengkonsumsi daging sapi tanpa mengalami gejala alergi.
PENCEGAHAN ALERGI SUSU SAPI
Pencegahan terjadinya alergi susu sapi harus dilakukan sejak dini. Hal ini terjadi saat sebelum timbul sensitisasi terhadap protein susu sapi, yaitu sejak intrauterin. Penghindaran harus dilakukan dengan pemberian susu sapi hipoalergenik yaitu susu sapi yang dihidrolisis parsial untuk merangsang timbulnya toleransi susu sapi di kemudian hari. Bila sudah terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi atau sudah terjadi manifestasi penyakit alergi, maka harus diberikan susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu sapi misalnya susu kacang kedele.
Alergi susu sapi yang sering timbul dapat memudahkan terjadinya alergi makanan lain di kemudian hari bila sudah terjadi kerusakan saluran cerna yang menetap. Pencegahan dan penanganan yang baik dan berkesinambungan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya alergi makanan yang lebih berta dikemudian hari..Tindakan pencegahan alergi susu sapi juga hampir sama seperti yang dilakukan pada alergi lainnya. Secara umum tindakan pencegahan alergi susu sapi dilakukan dalam 3 tahap yaitu:
Pencegahan primer
Dilakukan sebelum terjadi sensitisasi. Saat penghindaran dilakukan sejak pranatal pada janin dari keluarga yang mempunyai bakat atopik. Penghindaran susu sapi berupa pemberian susu sapi hipoalergenik, yaitu susu sapi yang dihidrolisis secara parsial, supaya dapat merangsang timbulnya toleransi susu sapi di kemudian hari karena masihmengandung sedikit partikel susu sapi, misalnya dengan merangsang timbulnya IgG blocking agent. Tindakan pencegahan ini juga dilakukan terhadap makanan penyebab alergi lain serta penghindaran asap rokok. Meskipun demikian AAAI hanya merekomendasikan penghondaran [pemberian kacang-kacangan selama kehamilan.
Pencegahan sekunder
Dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi belum timbul manifestasi penyakit alergi. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum atau darah talipusat, atau dengan uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 sampai 3 tahun. Penghindaran susu sapi dengan cara pemberian susu sapi non alergenik, yaitu susu sapi yang dihidrolisis sempurna, atau pengganti susu sapi misalnya susu kedele supaya tidak terjadi sensitisasi lebih lanjut hingga terjadi manifestasi penyakit alergi..
Pemberian ASI ekslusif terbukti dapat mengurangi resiko alergi, tetapi harus diperhatikan diet ibu saat menyusui Selain itu juga disertai tindakan lain misalnya pemberian imunomodulator, Th1-immunoajuvants, probiotik. Tindakan ini bertujuan mengurangi dominasi sel limfosit Th2, diharapkan dapat terjadi dalam waktu 6 bulan.
Pencegahan tersier
Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit alergi yang masih dini misalnya dermatitis atopik atau rinitis tetapi belum menunjukkan gejala alergi yang lebih berat seperti asma. Saat tindakan yang optimal adalah pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.
Penghindaran juga dengan pemberian susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu sapi. Pemberian obat pencegahan seperti setirizin, imunoterapi, imunomodulator tidak direkomendasikan karena secara klinis belum terbukti bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Axelsson I, Jakobsson I, Lindberg T, Benediktsson B: Bovine beta-lactoglobulin in the human milk. A longitudinal study during the whole lactation period. Acta Paediatr Scand 1986 Sep; 75(5): 702-7.
2. Blackshaw AJ, Levison DA: Eosinophilic infiltrates of the gastrointestinal tract. J Clin Pathol 1986 Jan; 39(1): 1-7.
3. Bleumink E, Young E. Identification of the atopic allergen in cow.s milk. Int Arch Allergy 1968; 34:521-43.
4. Bishop MJ, Hasting. Natural history of cow.s milk allergy. Clinical outcome. J Pediatr 1990; 116:862-7.
5. Bock SA: Evaluation of IgE-mediated food hypersensitivities. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S20-7.
6. Bock SA.Prospective appraisal of complaints of adverse reactions to foods in children during the first 3 years of life. Pediatrics 1987; 79:683-8.
7. Carroccio A, Montalto G, Custro N, et al: Evidence of very delayed clinical reactions to cow's milk in cow's milk-intolerant patients. Allergy 2000 Jun; 55(6): 574-9.
8. Crittenden RG, Bennett LE..Cow's milk allergy: a complex disorder. J Am Coll Nutr. 2005 Dec;24(6 Suppl):582S-91S.
9. Dupont C, Heyman M: Food protein-induced enterocolitis syndrome: laboratory perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S50-7.
10. Jacobson O, Lindberg T. A prospective study of cow.s milk protein intolerance in Swedish infants. Acta Paediatr Scand 1979; 68:853-9.
11. Kaczmarski M, Wasilewska J, Lasota M..Hypersensitivity to hydrolyzed cow's milk protein formula in infants and young children with atopic eczema/dermatitis syndrome with cow's milk protein allergy. Rocz Akad Med Bialymst. 2005;50:274-8..
12. Hill DJ, Heine RG, Cameron DJ: The natural history of intolerance to soy and extensively hydrolyzed formula in infants with multiple food protein intolerance. J Pediatr 1999 Jul; 135(1): 118-21.
13. Host A, Halken S, Jacobsen HP, et al: Clinical course of cow's milk protein allergy/intolerance and atopic diseases in childhood. Pediatr Allergy Immunol 2002; 13 Suppl 15: 23-8.
14. Host Halken S. A prospective study of cow milk allergy in Danish infants during the first years of life.Allergy 1990; 45:587-96.
15. Hosking CS, Heine RG, Hill DJ. The Melbourne milk allergy study-two decades of clinical research. Allergy and Clinical Immunol International 2000;12:198-205
16. Iacono G, Cavataio F, Montalto G: Intolerance of cow's milk and chronic constipation in children. N Engl J Med 1998 Oct 15; 339(16): 1100-4.
17. Judarwanto W. Using Nutrient Dense in Children with Gastroenterointestinal Allergies. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCZN MIXICO AUGUST 15TH . 20TH ,2004.
18. Judarwanto W. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern of Palm Olein in Formula-fed Term Infants. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCZN MIXICO AUGUST 15TH . 20TH ,2004
19. Judarwanto W. Manifestasi Klinis Alergi Susu Sapi pada Anak Usia di bawah 2 tahun. (Belum dipublikasikan).
20. Kelly KJ, Lazenby AJ, Rowe PC: Eosinophilic esophagitis attributed to gastroesophageal reflux: improvement with an amino acid-based formula. Gastroenterology 1995 Nov; 109(5): 1503-12.
21. Kokkonen J, Karttunen TJ, Niinimaki A: Lymphonodular hyperplasia as a sign of food allergy in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1999 Jul; 29(1): 57-62.
22. Kokkonen J, Haapalahti M, Laurila K, et al: Cow's milk protein-sensitive enteropathy at school age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 797-803.
23. Lake AM: Food-induced eosinophilic proctocolitis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S58-60.
24. Lake AM, Whitington PF, Hamilton SR: Dietary protein-induced colitis in breast-fed infants. J Pediatr 1982 Dec; 101(6): 906-10.
25. Lowichik A, Weinberg AG: A quantitative evaluation of mucosal eosinophils in the pediatric gastrointestinal tract. Mod Pathol 1996 Feb; 9(2): 110-4.
26. Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/intolerance and atopic dermatitis in infancy and childhood. Allergy 2001; 56 Suppl 67: 105-8.
27. Sampson HA, Anderson JA: Summary and recommendations: Classification of gastrointestinal manifestations due to immunologic reactions to foods in infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S87-94.
28. Sicherer SH: Food protein-induced enterocolitis syndrome: clinical perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S45-9.
29. Sampson HA.Food allergy. Part I:Immunopathogenesis and clinical disorders. J.Allergy Clin Immunol 1999; 103:717-28.
30. Tokodi I, Maj C, Gabor S.[Cycle vomiting syndrome as a clinical appearance of eosinophilic gastroenteritis]. Orv Hetil. 2005 Oct 30;146(44):2265-9. Hungarian..
31. Paajanen L, Korpela R, Tuure T, Honkanen J, Jarvela I, Ilonen J, Knip M, Vaarala O, Kokkonen J..Cow milk is not responsible for most gastrointestinal immune-like syndromes–evidence from a population-based study. Am J Clin Nutr. 2005 Dec;82(6):1327-35.
32. Sampson HA. Food allergy. Part 2: diagnosis and management. J Allergy Clin Immunol 1999; 103:981-9.
33. Walker WA. Adverse reactions to food in infancy and childhood, J Pediatr 1992; 121:4-6.
34. Rogier Schade P. Cow.s milk allergy in infancy and childhood. Immunological and clinical aspects. Didapat dari:http//www.library.uu.nl
35. Savilahti E .Cow.s milk allergy. Allergy 1981; 36:37-88.
36. Swaisgood HE. Chemistry of milk protein. Dalam: Fox PF,editor. Developments in dairy chemistry, London,Applied Science Publishers, 1982. h. 1-59.
37. Sampson HA. Adverse reactions to foods. Dalam: Middleton E, Reed CE, Elliot EF, Adkinson NF,
38. Walker WA: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age: a new entity or a spectrum of mucosal immune responses with age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 765-6.
39. Zeiger RS,Sampson HA, Bock SA, Burks JR, dkk. Soy allergy in infants and children with IgE associated cow.s allergy. J Pediatr 1999; 134:614-22.
KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI
CHILDREN ALLERGY CENTER, RUMAH SAKIT BUNDA JAKARTA
telp : (021) 70081995 – 4264126
email : wido25@hotmail.com
Sumber Bacaan : http://puterakembara.org/rm/Alergi7.shtml
Pengobatan dengan Susu Kambing
Susu Kambing ternyata memiliki bebarapa khasiat yang dapat mengobati berapa penyakit
seperti: tuberkolosis,asma, asam urat dan sebagainya. Berikut beberapa ulasan manfaat susu
kambing tersebut.
A. Tuberkulosis
TUBERKULOSIS atau TBC adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri TBC
(Mycobacterium tuberculosis).
Ciri-ciri penderita TBC antara lain batuk-batuk kronis, berkeringat pada malam hari, badan
kurus dan lemah, serta batuk berdarah akibat terjadinya rongga di jaringan paru-paru yang
menyebabkan pecahnya pembuluh-pembuluh darah di paru-paru.
Di samping itu, saat proses penyembuhan bisa terjadi pengapuran jaringan paru-paru yang bisa
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dalam proses pernapasan. Gejala TBC antara
lain badan kurus dan lemah, batuk-batuk, batuk berdarah, pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, sesak napas, gejala kekurangan gizi (malnutrisi) berat. Jika penyakit ini menahun atau
kronis berat dan tidak terobati dengan baik, bisa menyebabkan kematian.
Bacaan Lengkap klik : https://docs.google.com/leaf?id=0B-3KbQpFMYCiNmQzNzc2YWYtM2RmZS00NzAwLThmMjUtMjI2NjFkNGY5Yzlj&hl=en
http://sususegar.com/index.php/the-news/46-pengobatan-dengan-susu-kambing.pdf
seperti: tuberkolosis,asma, asam urat dan sebagainya. Berikut beberapa ulasan manfaat susu
kambing tersebut.
A. Tuberkulosis
TUBERKULOSIS atau TBC adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri TBC
(Mycobacterium tuberculosis).
Ciri-ciri penderita TBC antara lain batuk-batuk kronis, berkeringat pada malam hari, badan
kurus dan lemah, serta batuk berdarah akibat terjadinya rongga di jaringan paru-paru yang
menyebabkan pecahnya pembuluh-pembuluh darah di paru-paru.
Di samping itu, saat proses penyembuhan bisa terjadi pengapuran jaringan paru-paru yang bisa
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dalam proses pernapasan. Gejala TBC antara
lain badan kurus dan lemah, batuk-batuk, batuk berdarah, pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, sesak napas, gejala kekurangan gizi (malnutrisi) berat. Jika penyakit ini menahun atau
kronis berat dan tidak terobati dengan baik, bisa menyebabkan kematian.
Bacaan Lengkap klik : https://docs.google.com/leaf?id=0B-3KbQpFMYCiNmQzNzc2YWYtM2RmZS00NzAwLThmMjUtMjI2NjFkNGY5Yzlj&hl=en
http://sususegar.com/index.php/the-news/46-pengobatan-dengan-susu-kambing.pdf
Emulsi dan Susu
Susu
Susu adalah hasil sekresi yang mencakup kolostrum yang didapat dari proses pemerasan binatang sapi yang sehat. Susu dapat diproduksi secara utuh maupun memisahkan bagian lemaknya, merekonstruksi konsentrasinya, atau membuatnya menjadi bubuk. Kuantitas kandungan air pada susu menentukan rekonstruksi konsentrasi untuk membuatnya menjadi kering (Vaclavik VA & Christian EW 2008). SNI 1998 mendefinisikan susu sebagai cairan yang berasal dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh dari pemerahan yang benar dimana kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan serta hanya boleh diproses dengan pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Sifat Fisik dan Komposisi Susu
Susu merupakan cairan yang berwarna putih dan bersifat opaque (tidak tembus pandang), kadang agak kekuningan, selain itu memiliki rasa agak sedikit manis, bau yang khas, dan berkonsistensi homogen atau tidak bergumpal (Spreer 1998). Susu adalah emulsi lemak dalam air dengan pH 6.5-6.6, berat jenis 1,027-1,035 pada suhu ± 27°C, memiliki titik didih ± 100, 17°C, titik beku -0,5 sampai -0,61°C, dan kekentalan 1,005 centipoise secara kimia (Muchtadi dan Sugiyono 1992 dalam Hidayat NS 2008).
Susu memiliki komponen antara lain (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008):
1. Komponen alami, meliputi :
- Komponen mayor terdiri dari air lemak, protein, dan laktosa.
- Komponen minor terdiri dari garam, asam sitrat, enzim, vitamin, gas, dan fosfolipid.
2. Komponen asing meliputi benda asing, antibiotik, herbisida, insektisida, non-original water, zat atau residu desinfektan, dan mikroba.
Komponen susu antara lain : bahan kering (13%) yang terdiri dari lemak (4%), protein (3.4%), laktosa (4.8%), air (85% – 90%) dan abu (0.7%) (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008). Komposisi susu pada dasarnya sangat bervariasi tergantung dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya fisiologis sapi, misalnya faktor keturunan, makanan, iklim, suhu, waktu laktasi, dan prosedur pemerahan (Muctadi dan Sugiyono 1992 dalam Hidayat NS 2008).
Secara umum sel-sel di dalam susu yang normal mengandung sel sebanyak 0-200.000 sel/ml. Sel-sel tersebut terdiri dari sel mononuklear besar (65-70%), netrofil (0-8%), limfosit (5%) dan kadang-kadang monosit (Subronto 2003 dalam Hidayat NS 2008).
Faktor Penyebab Kerusakan Susu
Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang tidak tahan lama disimpan dan mudah rusak (pershable food) serta merupakan bahan pangan berpotensial mengandung bahaya (potentially hazardous food). Menurut Winarno FG (2004), kerusakan bahan pangan seperti susu dapat berlangsung dengan cepat. Kerusakan pada susu dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan kapang. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain.
2. Aktivitas enzim-enzim di dalam susu.
Enzim yang terdapat pada susu tersebut dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia labih cepat tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi susu.
3. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan.
Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak, dan vitamin, sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan kerusakan protein susu dan menyebabkan penggumpalan.
4. Kadar air.
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
5. Udara terutama oksigen.
Oksigen dapat merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan mikroba aerobik. Susu yang mengandung lamak dapat menyebabkan ketengikan karena proses lipoksidase.
6. Sinar matahari.
Susu yang terkena sinar matahari secara langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan perubahan protein.
7. Jangka waktu penyimpanan.
Umumnya waktu penyimpanan susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
Mikroorganisme Sebagai Indikator Cemaran dalam Susu
Mikroorganisme menggunakan susu sebagai bahan yang sangat ideal untuk pertumbuhannya. Mikroorgaisme dalam bahan pangan adalah mikroorganisme yang umum ditemukan dalam saluran pencernaan menusia dan hewan seperti bakteri koloform. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukkan telah terjadinya kontaminasi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk susu (Supardi dan Sukamto 1999 dalam Sirindon M 2008).
Susu Segar atau Fresh Milk
Definisi dari susu segar adalah susu yang dihasilkan dari satu atau lebih sapi yang belum dipanaskan lebih dari 40°C. Definisi tersebut juga berlaku untuk susu yang diperoleh dari kambing, domba, atau kerbau. Umumnya istilah susu digunakan untuk susu sapi sedangkan susu dari hewan lain yang dipelihara untuk produksi susu disebut secara spesifik, misalnya susu kambing, susu domba, atau susu kerbau (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008).
Menurut International Diary Federation (IDF) dalam Sirindon M (2008), sebagai pihak mengatur tentang susu dan produknya, susu memenuhi semua kriteria sebagai pangan. Kriteria tersebut antara lain memiliki komponen nutrisi seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, air dan zat antimikrobial.
Susu UHT
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah susu yang dibuat menggunakan proses pemanasan yang melebihi proses pasteurisasi, umunya mengacu pada kombinasi waktu dan suhu tertentu dalam rangka memperoleh produk komersil yang steril. Pemilihan kombinasi antara waktu dan suhu yang tepat disebut juga teknik sterilisasi UHT (Westhoff 1978).
Menurut definisi dari peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, UHT adalah proses dimana produk susu diberi perlakuan pemanasan pada suhu diatas 1000 C dan dikemas secara aseptis, setelah melewati proses inkubasi yang tidak kurang dari 14 hari pada suhu 300 C serta bebas dari pencemaran mikroorganisme (Government Notice 2001).
Susu cair segar UHT dibuat dari susu cair segar yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba sehingga memiliki mutu yang sangat baik. Secara kesuluruhan faktor utama penentu mutu susu UHT adalah bahan baku, proses pengolahan, dan pengemasannya. Bahan baku susu UHT cair segar adalah susu segar yang memiliki mutu tinggi terutama dalam komposisi gizi. Hal ini didukung oleh perlakuan pra panen hingga pasca panen yang terintegrasi. Pakan sapi harus diatur agar bermutu baik dan mengandung zat-zat gizi yang memadai, bebas dari antibiotika dan bahan-bahan toksis lainnya. Dengan demikian, sapi perah akan menghasilkan susu dengan komposisi gizi yang baik. Mutu susu segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk di dalamnya adalah pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerah dan sanitasi pekerja. Susu segar yang baru diperah harus diberi perlakuan dingin termasuk transportasi susu menuju pabrik (Astawan M 2009).
Kelebihan-kelebihan susu UHT adalah daya simpannya yang sangat panjang pada suhu kamar yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak perlu dimasukkan ke lemari pendingin. Jangka waktu ini lebih lama dari umur simpan produk susu cair lainnya seperti susu pasteurisasi. Susu UHT merupakan susu yang sangat higienis karena bebas dari seluruh mikroba (patogen, penyebab penyakit, dan pembusuk) atau spora sehingga potensi kerusakan mikrobiologis sangat minimal, bahkan hampir tidak ada. Kontak panas yang sangat singkat pada proses UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma dan rasa khas susu segar) dan mutu zat gizi relatif tidak berubah (Astawan M 2009). Batas cemaran mikroba pada susu UHT yang dihitung dengan angka lempeng total dipersyaratkan berjumlah 0 koloni/g baik untuk susu UHT tawar maupun yang diberi zat penyedap cita rasa (Tabel 1).
Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu susu UHT menurut SNI 01-3950-1998
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Jenis A*) Jenis B*)
1. Keadaan - - -
1.1 Warna - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
1.2 Bau - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
1.3 Rasa - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
*)Jenis A = Susu UHT tawar
Jenis B = Susu UHT yang diberi zat penyedap citarasa
Kerusakan susu UHT sangat mudah dideteksi secara visual, ciri utama yang umum terjadi adalah kemasan menggembung. Gembungnya kemasan terjadi akibat kebocoran kemasan yang memungkinkan mikroba-mikroba pembusuk tumbuh dan memfermentasi susu. Fermentasi susu oleh mikroba pembusuk menghasilkan gas CO2 yang menyebabkan gembung. Kerusakan juga ditandai oleh timbulnya bau dan rasa yang masam. Susu UHT selain menghasilkan gas, tetapi fermentasi oleh mikroba pembusuk juga menghasilkan alkohol dan asam-asam organik yang menyebabkan susu beraroma asam (Astawan M 2009).
Susu Kental Manis atau Sweetened Condensed Milk
Susu kental, juga dikenal sebagai susu kental manis, adalah susu sapi yang diambil airnya dan ditambahkan gula sehingga menjadi produk yang kental dan manis yang dapat bertahan selama beberapa tahun tanpa harus disimpan didalam kulkas jika kemasannya belum dibuka. Produk ini tidak disterilisasi, tetapi diawetkan dengan konsentrasi gula yang tinggi. Produk ini dapat dibuat dari susu utuh atau susu skim (Anonim 2009).
Susu kental manis diproses dengan pasteurisasi tanpa sterislisasi karena kandungan gulanya yang tinggi (60% pada fase air) berperan dalam mencegah perkembangan bakteri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan tekanan osmotik pada bakteri air yakni pada fase pertumbuhannya (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Menurut SNI 2008, susu kental manis atau SKM mengandung air (20-30%), bahan kering (70-80%) abu (115-2,2%), lemak (8-10%), protein (7-10%), laktosa (10-14%), sakarosa ( 42-48%), bahan pengawet (negatif), logam berbahaya (negatif), bakteri ( negatif).
Emulsi
Emulsi merupakan suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonis. Beberapa jenis emulsi yang biasa ditemukan pada makanan yaitu mayonnaise, french dressing, cheese cream, kuning telur, serta susu. Emulsi biasanya terbagi atas tiga bagian utama yaitu: bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri dari air, emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Winarno FG 2004).
Emulsi dapat terjadi secara permanen dan temporer. Emulsi temporer terjadi misalnya pada suatu minyak dan air yang dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak dan kemudian terbentuk suatu emulsi, tetapi apabila dibiarkan partikel-partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul air. Hal ini disebut sebagai emulsi temporer. Emulsi mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan yang mampu membentuk selaput atau film di sekeliling butiran yang terdispersi sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Bahan tersebut dikenal sebagai emulsifier. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier yaitu: kuning telur, putih telur, gelatin, pektin, pasta kanji, kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprika atau mustard (Winarno FG 2004).
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier tersebut apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), misalnya pada susu. Emulsifier yang lebih larut dalam minyak (nonpolar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam minyak (w/o), contohnya pada mentega dan margarin (Winarno FG 2004).
Agar-agar
Agar-agar sering digunakan sebagai kontrol karena memiliki tekstur yang keras, butiran yang halus, dan membaur. Agar-agar adalah karbohidrat dengan berat molekul yang mengisi dinding sel. Agar-agar tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer dari monomer galaktosa. Tekstur padat-cair terbentuk karena pada saat didinginkan, molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat, dan membentuk kisi yang mengurung molekul-molekul air. Makin besar konsentrasi pektin maka makin keras gel yang terbentuk (Whitehurst RJ 2004).
Emulsifier
Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan (surface-active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan. Kemampuannya menurunkan tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier memiliki keunikan struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya. Tingkat penurunan tegangan permukaan oleh senyawa pengemulsi berkisar antara 50 dyne/cm hingga kurang dari 10 dyne/cm jika digunakan pada konsentrasi lebih kecil dari 0,2 persen. Sejumlah energi dibutuhkan untuk membentuk antar permukaan yang baru pada suatu sistem emulsi. Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan yang dicirikan oleh bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat pada struktur kimianya. Ukuran relatif bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi menjadi faktor utama yang menentukan perilakunya dalam pengemulsian (Anonim 2008).
Emulsifier banyak dijual di pasaran dan umumnya dikenal dengan merek TBM, SP, atau Ovalet. Fungsinya selain membantu mengembangkan kue, juga dapat mengemulsi bahan-bahan agar tercampur baik hingga bisa mengembang sempurna. Keuntungan menggunakan emulsifier adalah lebih ekonomis, bahan telur bisa dikurangi, adonan tetap stabil meski lama belum bisa dimasukkan ke dalam oven, dan pengocokan bisa dilakukan dalam waktu singkat namun cepat mengembang. Penggunaan emulsifier juga membuat cake lebih halus. Kerugiannya adalah jika penggunaan emulsifier terlalu banyak akan menyebabkan kue menjadi kurang enak rasanya (Riana S 2009).
Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut adalah tipe pengemulsi, konsentrasi pengemulsi, ukuran tetesan, pH, viskositas, stabilizers, pemanasan, pendinginan, pembekuan, atau pengguncangan (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Protein adalah emulsifier yang paling baik dimana protein dapat berdenaturasi serta menyerap zat-zat sehingga membentuk sifat yang stabil. Protein berfungsi untuk menyatukan hidrofobik pada minyak dan hidrofilik pada air. Protein terbaik yang digunakan sebagai emulsifier adalah kuning telur dan susu karena tingkat kestabilannya untuk membentuk kesatuan yang baik, sedangkan putih telur adalah protein pembuat busa terbaik. Telur mengandung lipoprotein dan fosfolipid seperti lesitin yang dikenal sebagai misel. Struktur misel pada lesitin tersebut adalah bagian yang membuat emulsifier tersebut bekerja dengan baik (Hasenhuettl GL & Hartel RW 2008).
Kuning dan Putih Telur
Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang paling kuat. Paling sedikit sepertiga kuning telur merupakan lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier kuat adalah kandungan lesitin dalam bentuk kompleks sebagai lesitin protein (Winarno FG 2004).
Tepung Kanji
Tepung kanji, tapioka, tepung singkong, atau aci adalah tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon. Tepung kanji merupakan salah satu emulsifier yang bagus untuk makanan. Tepung ini memiliki sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan tepung sagu sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Emulsifier tepung kanji dapat menghasilkan tekstur yang lunak pada zat terdispersi, selain itu juga menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat terdispersi. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan untuk bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang menggunakan tepung kanji atau tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso batagor, siomay, comro, misro, cireng, dan pempek (Anonim 2009).
Tepung kanji adalah salah satu tepung yang tidak membentuk gel. Gel yang terbentuk akan membuat bahan makanan tidak dapat teraduk rata serta berviskositas tinggi (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Susu Bubuk
Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama dari pada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah. Susu bubuk selain sebagai pelengkap gizi, dapat pula berperan sebagai emulsifier dalam proses emulsi suatu bahan pangan yang sangat bagus (Anonim 2009).
Susu bubuk merupakan emulsifier yang baik dari segi tekstur, kemantapan emulsi, ukuran dispersi, maupun rasa. Hal ini dikarenakan susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) sehingga dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air dan menyebabkan terjadinya emulsi minyak dalam air. Bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan susu sebagai emulsifier akan menghasilkan tekstur, aroma, dan rasa yang lebih bagus dibandingkan dengan bahan pangan yang sama yang tidak ditambahkan emulsifier susu. Emulsifier susu bubuk dapat membuat tekstur zat terdispersi menjadi lunak, butiran zat terdispersi menjadi halus, dan meningkatkan kemantapan emulsi (Anonim 2009).
Sumber : http://dita8.wordpress.com/2010/06/07/emulsi-dan-susu/
Susu adalah hasil sekresi yang mencakup kolostrum yang didapat dari proses pemerasan binatang sapi yang sehat. Susu dapat diproduksi secara utuh maupun memisahkan bagian lemaknya, merekonstruksi konsentrasinya, atau membuatnya menjadi bubuk. Kuantitas kandungan air pada susu menentukan rekonstruksi konsentrasi untuk membuatnya menjadi kering (Vaclavik VA & Christian EW 2008). SNI 1998 mendefinisikan susu sebagai cairan yang berasal dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh dari pemerahan yang benar dimana kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan serta hanya boleh diproses dengan pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Sifat Fisik dan Komposisi Susu
Susu merupakan cairan yang berwarna putih dan bersifat opaque (tidak tembus pandang), kadang agak kekuningan, selain itu memiliki rasa agak sedikit manis, bau yang khas, dan berkonsistensi homogen atau tidak bergumpal (Spreer 1998). Susu adalah emulsi lemak dalam air dengan pH 6.5-6.6, berat jenis 1,027-1,035 pada suhu ± 27°C, memiliki titik didih ± 100, 17°C, titik beku -0,5 sampai -0,61°C, dan kekentalan 1,005 centipoise secara kimia (Muchtadi dan Sugiyono 1992 dalam Hidayat NS 2008).
Susu memiliki komponen antara lain (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008):
1. Komponen alami, meliputi :
- Komponen mayor terdiri dari air lemak, protein, dan laktosa.
- Komponen minor terdiri dari garam, asam sitrat, enzim, vitamin, gas, dan fosfolipid.
2. Komponen asing meliputi benda asing, antibiotik, herbisida, insektisida, non-original water, zat atau residu desinfektan, dan mikroba.
Komponen susu antara lain : bahan kering (13%) yang terdiri dari lemak (4%), protein (3.4%), laktosa (4.8%), air (85% – 90%) dan abu (0.7%) (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008). Komposisi susu pada dasarnya sangat bervariasi tergantung dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya fisiologis sapi, misalnya faktor keturunan, makanan, iklim, suhu, waktu laktasi, dan prosedur pemerahan (Muctadi dan Sugiyono 1992 dalam Hidayat NS 2008).
Secara umum sel-sel di dalam susu yang normal mengandung sel sebanyak 0-200.000 sel/ml. Sel-sel tersebut terdiri dari sel mononuklear besar (65-70%), netrofil (0-8%), limfosit (5%) dan kadang-kadang monosit (Subronto 2003 dalam Hidayat NS 2008).
Faktor Penyebab Kerusakan Susu
Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang tidak tahan lama disimpan dan mudah rusak (pershable food) serta merupakan bahan pangan berpotensial mengandung bahaya (potentially hazardous food). Menurut Winarno FG (2004), kerusakan bahan pangan seperti susu dapat berlangsung dengan cepat. Kerusakan pada susu dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan kapang. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain.
2. Aktivitas enzim-enzim di dalam susu.
Enzim yang terdapat pada susu tersebut dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia labih cepat tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi susu.
3. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan.
Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak, dan vitamin, sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan kerusakan protein susu dan menyebabkan penggumpalan.
4. Kadar air.
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
5. Udara terutama oksigen.
Oksigen dapat merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan mikroba aerobik. Susu yang mengandung lamak dapat menyebabkan ketengikan karena proses lipoksidase.
6. Sinar matahari.
Susu yang terkena sinar matahari secara langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan perubahan protein.
7. Jangka waktu penyimpanan.
Umumnya waktu penyimpanan susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
Mikroorganisme Sebagai Indikator Cemaran dalam Susu
Mikroorganisme menggunakan susu sebagai bahan yang sangat ideal untuk pertumbuhannya. Mikroorgaisme dalam bahan pangan adalah mikroorganisme yang umum ditemukan dalam saluran pencernaan menusia dan hewan seperti bakteri koloform. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukkan telah terjadinya kontaminasi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk susu (Supardi dan Sukamto 1999 dalam Sirindon M 2008).
Susu Segar atau Fresh Milk
Definisi dari susu segar adalah susu yang dihasilkan dari satu atau lebih sapi yang belum dipanaskan lebih dari 40°C. Definisi tersebut juga berlaku untuk susu yang diperoleh dari kambing, domba, atau kerbau. Umumnya istilah susu digunakan untuk susu sapi sedangkan susu dari hewan lain yang dipelihara untuk produksi susu disebut secara spesifik, misalnya susu kambing, susu domba, atau susu kerbau (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008).
Menurut International Diary Federation (IDF) dalam Sirindon M (2008), sebagai pihak mengatur tentang susu dan produknya, susu memenuhi semua kriteria sebagai pangan. Kriteria tersebut antara lain memiliki komponen nutrisi seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, air dan zat antimikrobial.
Susu UHT
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah susu yang dibuat menggunakan proses pemanasan yang melebihi proses pasteurisasi, umunya mengacu pada kombinasi waktu dan suhu tertentu dalam rangka memperoleh produk komersil yang steril. Pemilihan kombinasi antara waktu dan suhu yang tepat disebut juga teknik sterilisasi UHT (Westhoff 1978).
Menurut definisi dari peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, UHT adalah proses dimana produk susu diberi perlakuan pemanasan pada suhu diatas 1000 C dan dikemas secara aseptis, setelah melewati proses inkubasi yang tidak kurang dari 14 hari pada suhu 300 C serta bebas dari pencemaran mikroorganisme (Government Notice 2001).
Susu cair segar UHT dibuat dari susu cair segar yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba sehingga memiliki mutu yang sangat baik. Secara kesuluruhan faktor utama penentu mutu susu UHT adalah bahan baku, proses pengolahan, dan pengemasannya. Bahan baku susu UHT cair segar adalah susu segar yang memiliki mutu tinggi terutama dalam komposisi gizi. Hal ini didukung oleh perlakuan pra panen hingga pasca panen yang terintegrasi. Pakan sapi harus diatur agar bermutu baik dan mengandung zat-zat gizi yang memadai, bebas dari antibiotika dan bahan-bahan toksis lainnya. Dengan demikian, sapi perah akan menghasilkan susu dengan komposisi gizi yang baik. Mutu susu segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk di dalamnya adalah pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerah dan sanitasi pekerja. Susu segar yang baru diperah harus diberi perlakuan dingin termasuk transportasi susu menuju pabrik (Astawan M 2009).
Kelebihan-kelebihan susu UHT adalah daya simpannya yang sangat panjang pada suhu kamar yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak perlu dimasukkan ke lemari pendingin. Jangka waktu ini lebih lama dari umur simpan produk susu cair lainnya seperti susu pasteurisasi. Susu UHT merupakan susu yang sangat higienis karena bebas dari seluruh mikroba (patogen, penyebab penyakit, dan pembusuk) atau spora sehingga potensi kerusakan mikrobiologis sangat minimal, bahkan hampir tidak ada. Kontak panas yang sangat singkat pada proses UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma dan rasa khas susu segar) dan mutu zat gizi relatif tidak berubah (Astawan M 2009). Batas cemaran mikroba pada susu UHT yang dihitung dengan angka lempeng total dipersyaratkan berjumlah 0 koloni/g baik untuk susu UHT tawar maupun yang diberi zat penyedap cita rasa (Tabel 1).
Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu susu UHT menurut SNI 01-3950-1998
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Jenis A*) Jenis B*)
1. Keadaan - - -
1.1 Warna - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
1.2 Bau - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
1.3 Rasa - Khas, normal sesuai tabel Khas, normal sesuai tabel
*)Jenis A = Susu UHT tawar
Jenis B = Susu UHT yang diberi zat penyedap citarasa
Kerusakan susu UHT sangat mudah dideteksi secara visual, ciri utama yang umum terjadi adalah kemasan menggembung. Gembungnya kemasan terjadi akibat kebocoran kemasan yang memungkinkan mikroba-mikroba pembusuk tumbuh dan memfermentasi susu. Fermentasi susu oleh mikroba pembusuk menghasilkan gas CO2 yang menyebabkan gembung. Kerusakan juga ditandai oleh timbulnya bau dan rasa yang masam. Susu UHT selain menghasilkan gas, tetapi fermentasi oleh mikroba pembusuk juga menghasilkan alkohol dan asam-asam organik yang menyebabkan susu beraroma asam (Astawan M 2009).
Susu Kental Manis atau Sweetened Condensed Milk
Susu kental, juga dikenal sebagai susu kental manis, adalah susu sapi yang diambil airnya dan ditambahkan gula sehingga menjadi produk yang kental dan manis yang dapat bertahan selama beberapa tahun tanpa harus disimpan didalam kulkas jika kemasannya belum dibuka. Produk ini tidak disterilisasi, tetapi diawetkan dengan konsentrasi gula yang tinggi. Produk ini dapat dibuat dari susu utuh atau susu skim (Anonim 2009).
Susu kental manis diproses dengan pasteurisasi tanpa sterislisasi karena kandungan gulanya yang tinggi (60% pada fase air) berperan dalam mencegah perkembangan bakteri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan tekanan osmotik pada bakteri air yakni pada fase pertumbuhannya (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Menurut SNI 2008, susu kental manis atau SKM mengandung air (20-30%), bahan kering (70-80%) abu (115-2,2%), lemak (8-10%), protein (7-10%), laktosa (10-14%), sakarosa ( 42-48%), bahan pengawet (negatif), logam berbahaya (negatif), bakteri ( negatif).
Emulsi
Emulsi merupakan suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonis. Beberapa jenis emulsi yang biasa ditemukan pada makanan yaitu mayonnaise, french dressing, cheese cream, kuning telur, serta susu. Emulsi biasanya terbagi atas tiga bagian utama yaitu: bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri dari air, emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Winarno FG 2004).
Emulsi dapat terjadi secara permanen dan temporer. Emulsi temporer terjadi misalnya pada suatu minyak dan air yang dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak dan kemudian terbentuk suatu emulsi, tetapi apabila dibiarkan partikel-partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul air. Hal ini disebut sebagai emulsi temporer. Emulsi mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan yang mampu membentuk selaput atau film di sekeliling butiran yang terdispersi sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Bahan tersebut dikenal sebagai emulsifier. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier yaitu: kuning telur, putih telur, gelatin, pektin, pasta kanji, kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprika atau mustard (Winarno FG 2004).
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier tersebut apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), misalnya pada susu. Emulsifier yang lebih larut dalam minyak (nonpolar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam minyak (w/o), contohnya pada mentega dan margarin (Winarno FG 2004).
Agar-agar
Agar-agar sering digunakan sebagai kontrol karena memiliki tekstur yang keras, butiran yang halus, dan membaur. Agar-agar adalah karbohidrat dengan berat molekul yang mengisi dinding sel. Agar-agar tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer dari monomer galaktosa. Tekstur padat-cair terbentuk karena pada saat didinginkan, molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat, dan membentuk kisi yang mengurung molekul-molekul air. Makin besar konsentrasi pektin maka makin keras gel yang terbentuk (Whitehurst RJ 2004).
Emulsifier
Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan (surface-active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan. Kemampuannya menurunkan tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier memiliki keunikan struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya. Tingkat penurunan tegangan permukaan oleh senyawa pengemulsi berkisar antara 50 dyne/cm hingga kurang dari 10 dyne/cm jika digunakan pada konsentrasi lebih kecil dari 0,2 persen. Sejumlah energi dibutuhkan untuk membentuk antar permukaan yang baru pada suatu sistem emulsi. Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan yang dicirikan oleh bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat pada struktur kimianya. Ukuran relatif bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi menjadi faktor utama yang menentukan perilakunya dalam pengemulsian (Anonim 2008).
Emulsifier banyak dijual di pasaran dan umumnya dikenal dengan merek TBM, SP, atau Ovalet. Fungsinya selain membantu mengembangkan kue, juga dapat mengemulsi bahan-bahan agar tercampur baik hingga bisa mengembang sempurna. Keuntungan menggunakan emulsifier adalah lebih ekonomis, bahan telur bisa dikurangi, adonan tetap stabil meski lama belum bisa dimasukkan ke dalam oven, dan pengocokan bisa dilakukan dalam waktu singkat namun cepat mengembang. Penggunaan emulsifier juga membuat cake lebih halus. Kerugiannya adalah jika penggunaan emulsifier terlalu banyak akan menyebabkan kue menjadi kurang enak rasanya (Riana S 2009).
Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut adalah tipe pengemulsi, konsentrasi pengemulsi, ukuran tetesan, pH, viskositas, stabilizers, pemanasan, pendinginan, pembekuan, atau pengguncangan (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Protein adalah emulsifier yang paling baik dimana protein dapat berdenaturasi serta menyerap zat-zat sehingga membentuk sifat yang stabil. Protein berfungsi untuk menyatukan hidrofobik pada minyak dan hidrofilik pada air. Protein terbaik yang digunakan sebagai emulsifier adalah kuning telur dan susu karena tingkat kestabilannya untuk membentuk kesatuan yang baik, sedangkan putih telur adalah protein pembuat busa terbaik. Telur mengandung lipoprotein dan fosfolipid seperti lesitin yang dikenal sebagai misel. Struktur misel pada lesitin tersebut adalah bagian yang membuat emulsifier tersebut bekerja dengan baik (Hasenhuettl GL & Hartel RW 2008).
Kuning dan Putih Telur
Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang paling kuat. Paling sedikit sepertiga kuning telur merupakan lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier kuat adalah kandungan lesitin dalam bentuk kompleks sebagai lesitin protein (Winarno FG 2004).
Tepung Kanji
Tepung kanji, tapioka, tepung singkong, atau aci adalah tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon. Tepung kanji merupakan salah satu emulsifier yang bagus untuk makanan. Tepung ini memiliki sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan tepung sagu sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Emulsifier tepung kanji dapat menghasilkan tekstur yang lunak pada zat terdispersi, selain itu juga menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat terdispersi. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan untuk bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang menggunakan tepung kanji atau tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso batagor, siomay, comro, misro, cireng, dan pempek (Anonim 2009).
Tepung kanji adalah salah satu tepung yang tidak membentuk gel. Gel yang terbentuk akan membuat bahan makanan tidak dapat teraduk rata serta berviskositas tinggi (Vaclavik VA & Christian EW 2008).
Susu Bubuk
Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama dari pada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah. Susu bubuk selain sebagai pelengkap gizi, dapat pula berperan sebagai emulsifier dalam proses emulsi suatu bahan pangan yang sangat bagus (Anonim 2009).
Susu bubuk merupakan emulsifier yang baik dari segi tekstur, kemantapan emulsi, ukuran dispersi, maupun rasa. Hal ini dikarenakan susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) sehingga dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air dan menyebabkan terjadinya emulsi minyak dalam air. Bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan susu sebagai emulsifier akan menghasilkan tekstur, aroma, dan rasa yang lebih bagus dibandingkan dengan bahan pangan yang sama yang tidak ditambahkan emulsifier susu. Emulsifier susu bubuk dapat membuat tekstur zat terdispersi menjadi lunak, butiran zat terdispersi menjadi halus, dan meningkatkan kemantapan emulsi (Anonim 2009).
Sumber : http://dita8.wordpress.com/2010/06/07/emulsi-dan-susu/
Langganan:
Postingan (Atom)